10 Tahun Lebih Jembatan Tiga Pancur Tak Dirawat, Kenapa?

Kondisi jembatan Tiga Pancur selalu digenangi air. Besi pengaman kiri kanan juga sudah rusak

TANAH KARO – Kondisi jembatan Tiga Pancur yang berada di perbatasan antara Desa Tiga Pancur dengan Desa Berastepu, Kecamatan Simpangempat, Kabupaten Karo memprihatinkan.

Amatan orbitdigitaldaily.com di lokasi, Rabu (13/11/2019), lantai jembatan sudah tidak terlihat, tertutup tanah dan bergelombang.

Begitu juga besi pengaman kiri kanan jembatan, sudah berkarat dan lapuk. Bahkan di salah satu sisinya, besi tersebut sudah tidak ada alias tanpa pengaman.

Untuk diketahui, fungsi jembatan ini cukup vital karena menjadi penghubung beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Payung, Tiganderket dan Kutabuluh dengan ibu kota Kabupaten Karo.

Selain itu, jembatan sepanjang 10 meter dan lebar 5 meter ini, merupakan satu-satunya jembatan yang berada di jalur evakuasi Gunung Api Sinabung.

Posisi jembatan yang berada tidak jauh dari kaki gunung Sinabung, menjadi jalur lintasan tercepat bagi warga saat akan menyelamatkan diri dari letusan gunung.

Namun, kenapa jembatan ini tidak dirawat dan terpelihara. Sejumlah masyarakat bertanya, apakah dana perawatan dan pemeliharaan jembatan tersebut tidak ada?

Nd Rahel Beru Karo (52), warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi jembatan Tiga Pancur mengaku kondisi jembatan itu tak berubah sejak 10 lalu.

Ia mengaku selama 10 tahun terakhir belum pernah melihat jembatan itu diperbaiki atau dirawat.

“Mungkin jembatan ini merupakan jembatan terjelek di dunia. Sudah lebih 10 tahun saya tinggal di sini, belum pernah sekalipun melihat ada perbaikan oleh pemerintah. Begitu-gitu saja terus,” ungkapnya saat ditemui Selasa (12/11/2019) kemarin.

Dia menyebut, sudah beberapa kali pengendara sepeda motor terjatuh di jembatan itu, karena lantai jembatan yang licin.

Bahkan hampir terjatuh ke dalam sungai yang berada 20 meter di bawah jembatan, karena tidak adanya besi pengaman.

“Yang rawan itu pas hujan dan malam hari. Tanah yang ada di atas lantai jembatan menjadi becek dan licin. Besi pengamannya pun sudah tidak ada, sehingga tidak jelas terlihat batas pinggir jembatan,” tambahnya lagi.

Lantai Jembatan Selalu Basah

Sementara itu, Daud Bangun (45), pemilik ladang yang bersebelahan langsung dengan jembatan tersebut juga mengatakan, lantai jembatan itu setiap harinya basah.

Karena ada air yang mengalir ke lantai jembatan yang berasal dari parit di sebelah atasnya. Hal ini akan mengurangi ketahanan jembatan.

“Dulu di situ ada gorong-gorong, yang menjadi saluran air agar langsung mengalir ke dalam sungai. Tapi sekarang sudah tidak berfungsi, sepertinya sumbat atau mungkin rusak,” ujar Daud.

Ditambahkannya, beberapa waktu lalu pihak dinas PUPR Karo pernah datang ke lokasi untuk membersihkan gorong-gorong tersebut. Agar air tidak tumpah lagi ke jalan dan membasahi lantai jembatan. Namun tidak berhasil, karena katanya sudah tersumbat tanah keras.

“Waktu itu mereka pakai alat berat. Saya ikut menemani. Bahkan sempat disemprotkan air ke dalam gorong-gorong pakai mobil pemadam kebakaran. Tapi tidak tertembus juga,” jelas Daud.

Karena tidak berhasil menembus tanah yang berada di dalam gorong-gorong, Daud pun mengatakan pihak PUPR Karo akhirnya pulang, dan tidak jadi membersihkan gorong-gorong tersebut.

“Jadi apakah jembatan dan gorong-gorong itu akan dibiarkan begitu saja? Bukankah ada dana pemeliharaan atau perbaikannya rutin yang dianggarkan pemerintah ?” tanya Daud yang juga mengundang tanya bagi awak media.

Reporter: David