ACEHSINGKIL- Sangat kreatif dan inovatif yang dilakukan ibu-ibu di Kecamatan Singkil Aceh Singkil Provinsi Aceh. Mereka kerap mengumpulkan sampah-sampah plastik untuk dimanfaat menjadi barang-barang bermanfaat.
Seperti yang dilakukan salah seorang ibu rumah tangga (IRT), Saidah (56) warga Desa Suka Makmur Singkil. Selain menjadi ibu rumah tangga untuk lima orang anaknya, Saidah yang kesehariannya menggeluti menerima jahitan baju, kasur maupun tirai jendela ini kerap sesekali tak enggan menjadi seorang pemulung disekitaran rumahnya.
Saidah kerap mengumpulkan sampah-sampah pelastik maupun gelas plastik minuman yang akan dirajutnya menjadi barang-barang kebutuhan rumah tangga.
Mulai dari sisa limbah rumah tangga, plastik detergen maupun plastik minuman ale-ale, yang dikelola menjadi tas yang dirajut dengan tali kur. Maupun peci yang dirajut dari sisa sampah plastik minuman ale-ale.
“Sampah pelastik dikumpulkan sendiri dari sekitaran rumah.
Kadang anak-anak sekitaran yang kumpul diantar kesini kita kasi uang jajannya,” kata Saidah kepada Orbitdigital saat menunjukkan hasil kerajinan tangannya di Kantor Camat Singkil, Senin (30/9/2019).
Untuk pembuatan tas maupun peci dari sampah pelastik bisa memakan waktu hingga 2-3 hari. Sedangkan tas rajutan berbahan tali kur penuh, bisa memakan waktu hingga seminggu.
Saidah menyebutkan, hasil kerajinan tangan yang dikelolanya tersebut saat ini masih dipasarkan pemenuhan lokal. “Untuk Singkil sudah banyak juga yang pakai tas rajutan maupun tas sampah plastik dan peci, untuk luar Singkil masih belum terpromosi,” ucapnya.
Begitupun katanya, para ibu-ibu sudah menawarkan hasil kerajinan tangan tersebut kepada Dekranas. Namun sampai ini belum ada tanggapan dan sepertinya tidak ada ketertarikan orang Dekranas, ujarnya.
Untuk harga tas berbahan sisa sampah pelastik senilai Rp.80 ribu. Peci Rp.50 ribu. Sedangkan harga tas berbahan tali kur bervariasi, melihat jenis besar dan modelnya. Mulai dari Rp.60 ribu sampai Rp.100 ribu.
Kepala Desa Suka Makmur Burhan mengatakan, hasil kerajinan tangan yang didaur ulang dari sampah pelastik sudah dikelola ibu-ibu setempat sejak 2016.
Kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah pelastik itu belum ada masuk dalam kerajinan tangan Dekranas.
Namun kedepan katanya, pihaknya akan mulai mempromosikan tas maupun peci hasil daur ulang sampah plastik melalui media sosial. “Jadi jika ada pesanan bisa disediakan para pengrajin,” ucap Burhan.
Selain ibu-ibu Suka Makmur, pengelolaan sampah pelastik menjadi tas kebutuhan rumah tangga ini juga dikelola oleh ibu-ibu warga Desa Siti Ambia Singkil.
Reporter : Saleh