Sejak selesai dibangun tiga tahun lalu atau tepatnya 2015 silam, Museum Kota Lhokseumawe belum juga difungsikan.
Padahal Museum Kota Lhokseumawe itu dibangun dengan anggaran yang tak tanggung-tanggung yakni mencapai Rp1,8 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
Salah seorang, warga Kota Lhokseumawe, Sirajul Munir, Selasa (12/2) di lokasi museum menyebutkan letak museum itu strategis untuk dikunjungi masyarakat. Apalagi, sambungnya, Lhokseumawe kekurangan sarana untuk mengedukasi anak.
“Kalau ada museum, hari libur bisa jadi ramai anak-anak yang bisa berkunjung. Ini sejak dibangun sampai sekarang tak pernah dibuka. Harusnya, museum itu jadi perioritas utama pemerintah, ada museum itu tanda kota maju dan berperadaban,” katanya, dilansir AJNN.
Terlihat halaman museum dipenuhi rumput. Satu bangunan utama berbentuk rumah tradisional Aceh terkunci. Di sisi kanan dan kiri terdapat krong (tempat penyimpan padi) dan lesung penumbuk padi. Bagian dalam museum tak bisa dilihat dari luar. Sampah sisa makanan dan dedaunan terlihat berserakan.
Sementara itu, Kepala Pendidikan dan Kebudayaan, Kota Lhokseumawe, Nasruddin dihubungi melalui aplikasi whatsapp tidak menjelaskan kapan museum itu dibuka untuk umum. Dia mengaku sedang berada di luar kantor dan tengah mengikuti acara. Dan meminta untuk menghubungi stafnya.
“Saya di luar lagi ada acara. Langsung saja ke bidang budaya Pak Amru,” imbuhnya.