MEDAN –Nurul, anak dari Waldi yang kini harus berjuang membayar biaya perobatan anaknya yang lahir prematur di Serdang Hospital, Selangor, Malaysia ternyata berkeinginan pulang ke kampung halamannya di Delitua, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Melalui sambungan seluer via aplikasi WhatsApp, kepada wartawan ia bercerita dan mengamini kalau keberangkatannya ke Malaysia untuk bekerja Ilegal.
Menurutnya, di tahun 2016 Nurul diajak oleh seseorang yang akan mempekerjakannya di Selangor, di sebuah rumah makan bersama dengan kakaknya.
Nurul mengaku dirinya bekerja di Selangor tidak melalui jalur resmi sebagai tenaga kerja. Begitu juga dengan suaminya. Setiap bulan dia berpenghasilan Rp2 juta.
Nurul dengan suara terisak mengatakan bahwa awal mula dia ‘terutang’ hingga ratusan juta rupiah terjadi pada lima bulan yang lalu. Saat itu dia ingin pulang dan melahirkan anaknya di Delitua.
Seseorang yang disebutnya agen itu berusaha membantunya untuk pulang. Namun setelah menunggu berhari-hari, tidak ada kabar.
Di Minggu ketiga, ia dibawa ke bandara untuk pulang ke Medan namun ternyata gagal lagi. Dia diinapkan dua hari di sebuah hotel.
“Lepas itu tak jelas lagi berangkatnya. Saya bilang pulang saja dan minta balik uang saja. Saya balik ke rumah, saya stres dan jatuh di kamar mandi, saya mengalami pendarahan,” katanya belum lama ini.
Saat itu semua klinik menolaknya karena tak memiliki peralatan yang cukup. Hingga akhirnya dia diterima di sebuah rumah sakit besar milik kerajaan di Malaysia di Selangor pada tanggal 14 Februari 2019 lalu.
Saat itu bayi laki-laki dari dalam perutnya lahir secara prematur dengan berat badan 905 gram.
Bayu juga mengalami gangguan kesehatan. Sekarang beratnya sudah bertambah menjadi 3kg. Bayi tersebut tidak berada di inkubator namun tidak bisa lepas dari selang oksigen.
Sejak itu hingga sekarang lima bulan lebih anaknya dirawat. Dia tak bisa pulang karena terbentur biaya untuk inap dan obat-obatan.
“Sudah tak ada uang lagi untuk bayar. Waktu bersalin saja sudah 10 juta. Saya orang susah. Kedai makan bukannya besar gajinya. Simpanan saya di kampung (Deli Tua) pun bawa ke sini sudah habis,” katanya.
Dikatakannya, dia merasa beruntung karena pihak rumah sakit memperbolehkannya tetap bekerja untuk membayar biaya rumah sakit.
Dia beralasan gaji suaminya tidak akan cukup untuk membayar keseluruhan biaya. Jika dia bekerja, maka akan ada uang tambahan untuk membayar biarpun masih belum cukup.
Selama dirawat, dia sudah membayar sebesar 5.300 Ringgit. Sementara itu, total biaya selama perawatan hingga obat-obatan yang masih terutang, hingga tanggal 23 Juli lalu sudah mencapai 58.000 Ringgit atau sekitar Rp191 juta (jika dikalikan dengan kurs 1 Ringgit =Rp3.300).
“Hari ini saja sudah kena Rp300 ribu. Kemarin anak saya ini juga barusan operasi hernia, di dekat buah zakarnya membesar. Saya rela tak makan demi bayar bill anak saya,” katanya.
Dia sangat berharap ada bantuan dari siapa saja untuk biaya rumah sakitnya dan berharap agar bisa dirawat di rumah sakit di Indonsia saja.
“Saya memang tidak resmi di sini. Walaupun begitu, rumah sakit memberikan perawatan yang sangat baik kepada kami. Saya memohon ada donatur. Membantu kami, siapa saja mau itu dari pemerintah, Pak Presiden Jokowi, Pak Gubsu Edy Rahmayadi, Bupati Deli Serdang Pak Anshari. Tolong saya pak,” katanya. (Diva Suwanda)