TANAHKARO – Etos kerja petani Karo yang tak kenal lelah, rajin, gigih dan pantang menyerah memang sudah terbukti sejak dari dulu.
Bahkan orang-orang Belanda dan orang Jepang dimasa penjajahan dulu memuji dan mengakui keuletan serta kegigihan petani Karo mengolah lahan pertaniannya kala itu.
Kini paskabencana mulai dari meletusnya Gunung Sinabung kemudian dilanjutkan Pandemi Covid-19, kegigihan dan keuletan dibarengi semangat kerja pantang menyerah petani Karo yang berada di lereng Sinabung kembali teruji.
Dapat kita lihat sendiri bagaimana cara mereka membudi dayakan Kurma, tanaman asal Timur Tengah. Dengan proses penanaman tumpang sari dengan jenis tanaman berumbi dan berbuah.
Cara penanamannya dengan memanfaatkan metode tumpang sari dengan tanaman bawang, buah naga, pisang kultur jaringan.
Diketahui pula, petani Desa Kutambaru memulai mengembangkan tanaman Kurma di atas lahan seluas 1,5 hektar di lereng Sinabung.
Salahseorang petani tumpang sari kurma, Bena Ukur Tarigan mengatakan dirinya tertarik menanam kurma dengan metode tumpang sari, karena dengan cara itu penghasilan akan bertambah.
Dengan cara tumpang sari menanam bawang, buah naga, pisang kultur jaringan dan Kurma belum banyak dilakukan di Indonesia khususnya di Sumut.
“Perlu juga kita tahu, bahwa tanaman kurma ini jika berbuah maka dapat bertahan untuk terus berproduksi hingga 100 tahun. Bayangkan usaha pertanian ini bisa menjadi aset yang luar biasa bagi petani yang berminat,” kata Bena Ukur saat menerima kunjungan Bupati Karo Terkelin Brahmana di kawasan lereng Sinabung Desa Kutambaru, Senin (27/4/2020) kemarin.
“Lahan yang saya miliki seluas 1,5 hektar itu semuanya saya tanami Kurma dengan cara tumpang sari dengan tanaman bawang, buah naga dan pisang kultur jaringan,” tuturnya.
“Budi daya tanaman Kurma di Sumut, kemungkinan baru di Karo pertama kali yang ada. Jadi wajarlah orang belum tahu tanaman kurma ada di Desa Kuta Mbaru, itu kelebihan petani Karo memilih tanamannya, dan tanaman ini sangat menjanjikan,” pujinya.
“Mudah-mudahan tanaman Kurma ini dapat menghasilkan buah yang berkualitas. Ini doa dan harapan saya, agar ke depan dapat saya kembangkan lagi, menambah luas penanaman. Karena saat sekarang ini hanya uji coba dulu, Kurma yang sudah saya tanam sebanyak 1.700 batang, dengan cara jarak tanam antara batang dengan batang lain 8-9 meter,” ungkap Bena
“Tanaman kurma akan menjadi terkenal di Tanah Karo dikemudian hari jika kita serius,” katanya sembari memberitahukan bibit kurma yang ditanamnya berasal dari Inggris.
Mendengar kisah itu, Terkelin Brahmana mengaku terkejut bagaimana bisa tanaman kurma bisa tumbuh di Indonesia, khususnya Tanah Karo.
“Jadi apa yang sudah dilakukan petani kita ini patut kita apreisasi. Ke depan akan kita jadikan sebagai pilot project. Kurma adalah tanaman langka, dan mungkin ini pertama kali di Tanah Karo,” sebut Terkelin.
“Untuk itu, kepada camat Tiga Nderket supaya segera melakukan koordinasi dengan Dinas Pemerintahan Masyarakat Desa (DPMD) jadikan ini pilot project. Dan selanjutnya lakukan pembinaan melalu dinas terkait,” ujar Terkelin.
Reporter: Daniel Manik