ACEHSINGKIL: Melalui Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai tanggung jawab sosial perusahaan PT Socfindo Kebun Lae Butar Aceh Singkil, para pemuda di Desa Tulaan ini berhasil membudidayakan lele jenis mutiara dengan hasil yang memuaskan.
Lele mutiara merupakan jenis hasil persilangan dari empat strain. Meliputi lele Mesir, lele Phyton, lele Sangkuriang, dan lele Dumbo. Lele mutiara ini merupakan varietas unggul dengan laju pertumbuhan lebih cepat dan lebih tahan dari penyakit.
Para pemuda di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil yang tergabung dalam kelompok “Satu Kata” telah membuktikan keunggulan varietas jenis ini. Mereka sukses memanen sebanyak 5.000 ekor benih yang dikembangkan dengan memanfaatkan kolam Bioflog.
Para pemuda ini juga menciptakan terobosan dan inovasi untuk penghematan pakan budidaya jenis lele ini.
Selain budidaya lele, mereka berinisiatif untuk mengembangkan tanaman gangang. Ganggang jenis Azola ini, dapat dijadikan sebagai makanan tambahan untuk mengurangi cost pakan. Sehingga hasilnya lebih memberikan keuntungan. “Gangang Azola ini dibeli dari Medan Sumut perkilogram Rp50 ribu,” kata Rudi Hardiansyah Ketua Kelompok Pemuda “Satu Kata”, kepada Orbitdigital saat panen perdana di Desa Tulaan , Kamis (1/8/2019).
Panen perdana turut disaksikan Camat Gunung Meriah Johan Pahmi Sanif yang bersama Askep PT Socfindo mewakili Pengurus Ir H Abdul Wahab Daulay, Kepala Pabrik kebun lae butar Ir Masriadi, Asisten Divisi 1 kebun lae butar Manatap Simarmata SP
Rudi menceritakan, sebelum membentuk kelompok, awal mulanya para pemuda di Desa Tulaan, membuat kolam rumahan dengan plastik terpal dan bambu serta kayu seadanya. “Alhamdulillah hasilnya lumayan, sangat membantu perekonomian keluarga,” kata Rudi.
Awal mula pembentukan kelompok ini, digagas bersama, untuk mengembangkan keterampilan bersama, sekaligus mengajak pemuda agar tidak terjerumus narkoba, yang dapat merusak anak bangsa, tambahnya.
Bermodal coba-coba budidaya lele rumahan itu, para pemuda setempat bergabung dan membentuk kelompok. Lantas atas usaha pengusulan mereka ke perusahaan perkebunan PT Socfindo Kebun Lae Butar Kab. Aceh Singkil, Kelompok Pemuda “Satu Kata” ini mendapat bantuan paket kolam bioflog, 5.000 benih, pakan serta obat-obatan untuk kelompok,” sebut Rudi.
“Alhamdulillah setelah dua bulan, akhirnya lele Mutiara (mutu tinggi hasil tiada tara), sudah bisa di panen,” ucap Rudi sembari gurauan, menyebutkan singkatan dari Mutiara tersebut.
Sementara, untuk pemasarannya dari hasil kolam lele rumahan sebelumnya, para pemuda ini akan memasarkan langsung secara lokal. Sebab dari hasil sebelumnya banyak permintaan pasar di Kecamatan Gunung Meriah dan Singkil.
Kami ecer langsung ke pekan-pekan (pajak), harga masih normal Rp25 ribu sampai Rp28 ribu. Jika diambil oleh agen atau tengkulak harganya bisa sangat rendah hanya sekitar Rp18 ribu per kilogram, ucap Rudi dan mengaku sangat berterimakasih atas bantuan CSR PT Socfindo tersebut sembari berharap bantuan 10 kolam lagi untuk pemasaran jumlah besar.
Askep PT Socfindo Abdul Wahab Daulay mengakui usaha kelompok “Satu Kata” lebih berhasil dengan hasil yang sangat lumayan.
Mereka telah mengelola amanah perusahaan dengan sangat baik dan berhasil.
Selain memberi kontribusi, para Pemuda Tulaan juga memberikan inovasi dalam budidaya gangang Azola bermanfaat mengurangi konsumsi pakan dan keuntungan lebih besar. “Diharapkan menjadi motor penggerak dan bisa berbagi ilmu untuk pembinaan warga lainnya,” ucap Daulay
Kendati, untuk usulan bantuan CSR selanjutnya pihaknya akan terlebih dahulu merealisasikan beberapa usulan desa lainnya. Sebab bantuan kolam tersebut merupakan bergulir.
“Diharapkan dengan program bergulir perusahaan ini dapat meningkatkan asupan gizi ikan di Aceh Singki bisa tercapai, harap H Daulay
Camat Gunung Meriah Johan Pahmi Sanif, turut memberikan apresiasi atas usaha dan kreatifitas para pemuda tersebut.
Johan berpesan para pemuda jangan terlena dan terus-menerus berharap bantuan CSR. Alangkah baiknya dari bantuan awal, hasilnya tidak seluruh menjadi konsumtif, namun disisihkan untuk pengembangan berikutnya agar menjadi usaha yang mandiri.
“Saya harapkan usaha Kelompok Satu Kata ini menjadi Pilot Projek desa lain di Gunung Meriah, yang masih akan memulai usaha,” harap Johan. Arif