Pandai Besi Tradisional yang Masih Bertahan di Era Modern

Pandai besi Pak Sunar sedang merapikan parang menggunakan grenda yang akan dipasarkan ke berbagai daerah. Sabtu (6/7/2024). orbitdigitaldaily/ wan

MEDAN | Pandai besi yang memproduksi berbagai pesanan juga tempahan berupa parang, linggis, kapak dan lainnya. Jenis usaha yang sudah berjalan sejak 8 tahun ini terdapat di Desa Bandar Khalipa, Kecamatan Percut Sei tuan, Kabupaten Deliserdang.

Proses pembuatannya masih secara tradisional tetapi masih banyak yang menggunakan jasa untuk tempahan maupun pesanan. seperti agen untuk dipasarkan ke perusahaan atau perkebunan.

Sunardi (65) yang sudah puluhan tahun sejak 1983, sampai saat in masih menekuni profesi hingga turun temurun, sudah mencapai generasi ke- 6 dia bercerita proses pembuatan hingga harga serta keuntungan yang diperoleh, katanya Sabtu (7/6/2024).

Untuk harga tergantung pesanan, parang dibandrol jika sampai ditoko seharaga Rp35,000 persatunya pemasarannya sudah sampai ke luar daerah dari Sumatera hingga Kalimantan maupaun mancanegara seperti malaysa.

“Bahan baku saya peroleh dari botot, karyawan berjumlah 2 sampai 3 orang,” ujar sunar

Sunar menambahkan jika ada yang menempah harga relatif lebih tinggi dibanding pesanan, persatunya bisa mencapai Rp150,000 hingga Rp200,000. Saat musim hewan qurban tempahan berupa parang dan kapak meningkat.

“Seperti menyambut Hari Raya Idul Adha untuk tempahan parang, kapak meningkat, lumayanlah
membuat tempahan bisa memakan waktu yang cukup lama bisa mencapai full time untuk pengerjaan satu hari menghasilkan 20 untuk jenis parang, sedangkan untuk linggis bisa lebih,” katanya.

Pembuatan parang secara tradisional pandai besi yang terletak di Desa Bandar Klipah, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli serdang. Sabtu (6/7/2024). Berharap dapat perhatian pemerintah. orbitdigitaldaily/ wan

Jenis bahan yang digunakan berupa Besi plat atau per mobil bekas agar lebih kuat kita bentuk lalu dibakar. Untuk parang menggunakan bahan baku plat hanya 3 kali bakar sedangkan bahan baku per bisa sampai 6 kali bakar dan linggiss 2 kali bakar saja, kemudian dipujul di atas paron menggunakam palu godam seberat 5 kg.

Seiring perkembangan zaman pandai besi tradisional mulai tergerus zaman maupun lainnya sudah mulai beralih menggunakan mesin digital yang memproduksi bisa sebanyak mungkin. Sunar berharap perhatian pemerintah terkait serta meminta pihak UMKM memberi jalan untuk usahanya.

“Saya berharap perhatian dari pihak terkait agar kiranya dapat membantu dalam pengembangan usaha pandai besi saya,” pungkasnya.

Reporter : Iwan GB