Pemkab Karo Diminta Libatkan Akademisi Selamatkan Petani di Kaki Sinabung

Petani di lingkar Sinabung. Ist

Karo-ORBIT: Jeritan sejumlah petani di kaki Gunung Sinabung yang kondisinya saat ini cukup memprihatinkan terutama yang berada di Kecamatan Payung dan Tiganderket, cukup menjadi perhatian sejumlah kalangan.

Masyarakat meminta, Pemerintah Kabupaten Karo tidak tinggal diam namun harus berupaya mengambil langkah-langkah yang dapat menyelamatkan kehidupan para petani yang terpuruk akibat seringnya terjadi kegagalan dalam bercocok tanam serta diikuti rendahnya harga komoditi pertanian akhir-akhir ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo Sarjana Purba yang dikonfirmasi terkait permasalahan tersebut mengatakan, persoalan utama yang dihadapi petani bukanlah akibat serangan hama atau pun gagal panen.

Menurutnya hal yang paling signifikan adalah terkait harga komoditi pertanian yang akhir-akhir ini sering anjlok.

“Memang kita mengakui, lahan petani masih perlu diintervensi oleh pupuk organik. Begitupun masalah hama tanaman saya pikir tidak terlalu signifikan kali pengaruhnya. Yang saya dengar ini terkait masalah harga,” ucap Sarjana yang didampingi Kabid Holtikultura Ir Edison Sebayang ketika memberikan keterangan kepada Orbit dan sejumlah wartawan di ruangannya kemarin.

Menurut Sarjana, untuk masalah harga yang anjlok dipasaran pihaknya tidak dapat melakukan intervensi karena bukan gaweannya. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo lebih kepada  mengurus masalah produksi pertanian saja.

“Seperti sebentar lagi kita akan membagikan pupuk kompos kepada petani sebanyak 8 sak per kepala keluarga. Dan sudah disosialisasikan, mungkin sekitar bulan April atau Mei 2019 ini sudah dibagikan,” tambah Kadis.

Disamping itu katanya, memang petani tidak boleh berdiri sendiri karena sering terbentur dengan masalah pemasaran juga permodalan. Sehingga perlu disandingkan dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Koperasi dan UKM.

Sementara, Profesor Dr Paham Ginting MS, Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) ketika diminta tanggapannya terkait hal tersebut mengatakan, cukup banyak solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menyelamatkan nasib petani dari keterpurukan yang mereka alami saat ini. Salah satunya dengan menggandeng pihak akademisi.

Menurut Profesor yang juga Ketua DPC Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (HMKI) Kabupaten Karo ini, Pemerintah Kabupaten Karo seharusnya bisa melibatkan pihak akademisi dari kampus untuk membantu permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Karena sebetulnya, di dalam kampus cukup banyak program yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat sesuai Tridarma Perguruan Tinggi.

“Ada banyak dana di kampus yang bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah. Ada Dana Penelitian dan Dana Pengabdian  yang besarannya ratusan juta rupiah setiap tahunnya, bisa digunakan untuk melakukan penelitian dan penyuluhan bagi para petani. Dan itu semua gratis,” kata Profesor menjelaskan kepada Orbit, Selasa (12/3) di Berastagi.

Dengan memanfaatkan dana tersebut, pihak akademisi dapat memberikan pengetahuan dan bimbingan tentang bagaimana cara bercocok tanam yang dapat menguntungkan bagi petani. Karena petani adalah pelaku bisnis yang harus mendapatkan untung.

Selain itu katanya, mengenai hama yang sering menyerang tanaman petani, dapat juga dilakukan penelitiannya oleh pihak kampus untuk menemukan obat pembasmi hama yang tepat bagi tanaman mereka. Sehingga keluhan petani akan hasil panen yang tidak memuaskan karena banyaknya hama tanaman saat ini, dapat diatasi.

Sebelumnya diberitakan, nasib para petani di seputaran kaki Gunung Sinabung disebut sudah jatuh tertimpa tangga. Pasca terjadinya erupsi Sinabung tahun 2010 lalu, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sungguh memprihatinkan.

Semburan abu vulkanik dan muntahan lahar dingin telah meluluh-lantahkan hampir seluruh lahan pertanian warga terutama yang berada di radius 8 kilometer dari puncak Sinabung kala itu. Dimana kondisi terparah terjadi di dua kecamatan yaitu Kecamatan Payung dan Tiganderket.

Sejumlah petani di dua kecamatan tersebut saat ini tengah menjerit. Sebagian besar tanaman milik petani tak bisa tumbuh secara maksimal. Hal ini diakui karena hama penyakit yang menyerang tanaman sudah semakin banyak. Begitupun kwalitas bibit dan pupuk yang digunakan pun sudah tidak terjamin kwalitasnya. Belum lagi harga komoditi pertanian yang anjlok, sehingga banyak petani yang merugi. Od-22