Tobasa-ORBIT: Pemerintah Kabupaten Toba Samosir (Pemkab Tobasa) diwakili Ultri Sonlahir Simangunsong, Staf Ahli Bupati melakukan penjajakan kerjasama dengan pihak Bank Indonesia dalam rangka pengembangan ekonomi di Tobasa.
Ultri, dalam keterangannya saat dihubungi pada Jumat (22/3) mengatakan, sebelumnya pihaknya telah merencanakan pertemuan dengan Pimpinan Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara yang baru dilantik pada Senin (18/3) lalu, ibu Demina RSitepu.
Dalam kesempatan itu, Pemkab Tobasa sudah mempersiapkan agenda utama yakni Formal re-update MoU dan draft Perjanjian Kerjasama (PKS) serta mengajukan pilot program produk – produk unggulan Toba Samosir untuk didukung sepenuhnya oleh Bank Indonesia.
Dikatakannya, sesuai statement dan arahan Pak Jokowi baru – baru ini dimana Pihak Bank Indonesia harus memberi perhatian lebih kepada para pelaku usaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Petani dibawa ke market dan marketplace.
Hingga akhirnya, hari ini, Kamis (21/3/2019), diskusi terpadu antara Pemkab Tobasa dengan Demina R. Sitepu, Deputy Director & Head of Regional Economic Development Division dari Bank Indonesia Perwakilan Medan PKS dilaksanakan di Medan dalam Pengembangan Ekonomi di Tobasa.
Dalam diskusi itu, masih kata Ultri, ada 5 (lima) poin penting yang akan dituangkan dalam Kerjasama Pemkab Tobasa dengan Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara, sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah ditandatangani November 2018 lalu.
Adapun ke lima point itu yakni: 1. Sertifikasi Halal; 2. On-boarding UMKM ke Marketplace; 3. Fasilitasi UMKM berorientasi Ekspor; 4. Fasilitasi Akses Keuangan; dan 5. Pelatihan dan Bantuan Teknis Pemberdayaan UMKM.
Pada diskusi itu, Ibu Deputy menyampaikan pentingnya melaksanakan elektronifikasi keuangan untuk mempercepat pelayanan publik secara digital dan memberi saran tindak kerjasama Pemerintah Kabupaten Toba dengan Pemerintah Kota Binjai.
Dalam kesempatan itu, Ultri juga menyampaikan satu proposal permohanan bantuan peralatan untuk operasional UMKM “Jabu Andaliman” yang bergerak di bidang makanan berupa bakso dan telah mendapat pelatihan dari BPOM sebagai fasilitator.
“Akibat keterbatasan dana, pemgusaha Rumah Andaliman hanya mampu memproduksi bakso basah sehjngga pangsa pasarnya kecil, hanya pasar tradisional. Mereka butuh alat pengering (dryer),” pungkas Ultri. Od-BT