TANAH KARO – Paska bencana alam lahar dingin Sinabung Kamis kemarin, yang mengakibatkan kerusakan lahan pertanian seluas sekitar 5,5 Hektare dan kerusakan pemukiman warga, menyisakan kesulitan ekonomi bagi petani salak warga Desa Kutambaru dan Sukatendel Kecamatan Tiganderket.
Belum lagi kesulitan akibat pengaruh mewabahnya Covid-19 yang sangat terasa melemahkan sende-sendi perekonomian masyarakat desa yang secara umum menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian.
Seperti pengakuan seorang petani salak Nd Indra kepada Bupati Karo Terkelin Brahmana SH MH ketika meninjau hulu lokasi yang terkena bencana lahar dingin yang meluber hingga ke perladangan warga, kemarin.
Dia bersama petani salak lainnya tidak tau lagi berbuat apa-apa. Karena seluruh tanaman yang luasnya hektaren itu terpendam lumpur lahar dingin. “Bagaimana lagi kami memanen salak kalau sudah semuanya terendam lumpur bercampur matrial,” katanya.
“Karena kondisi lahan pertanian salak yang luasnya berhektar-hektar itu sudah dipenuhi lumpur, tentunya kami butuh ekstra waktu, tenaga dan biaya untuk memanennya. Bagaimana lagi kami harus memanen, kalau harus juga kami mengeluarkan biaya, sementara untuk biaya hidup saja kami mengharapkan dari hasil panen salak,” keluh petani salak sembari menyerakan buah salak diatas tenda plastik hasil petikannya yang baru dibersihkan karena berlumpur.
“buah salak yang baru dipetik dari pohonnya ini, harus seperti ini dilakukan, diserakkan diatas plastik dan dijemur, lalu kemudian dibersihkan satu persatu karena berlumpur. Yang masih bagus dimasukkan kedalam goni untuk dijual ke pasar Berastagi dan Kabanjahe. Sedangkan yang rusak dibuang. Biasanya kalau kami panen tidak seperti ini. Enak saja kami memilih buah yang akan dijual ke pasar” katanya.
“Kami sangat berharap supaya pemerintah daerah segera membersihkan lumpur dari perladangan kami, bayangkan jika tidak dibersihkan, bapak bupati bisa lihat, buah salak ini seperti ini jadinya,” pinta Nd Indra sambil menyodorkan buah salak kepada Bupati.
“Melihat kehadiran bapak bupati di perladangan kami ini, menambah semangat dan gembira kami sebagai warga, sebab masih menyempatkan diri untuk datang ke lokasi meninjau bekas lahar dingin, ditengah situasi pandemi Covid-19, jarang pemimpin melakukan seperti ini,” ujar petani salak.
Menyahuti harapan petani salak nd Indra, Bupati karo Terkelin Brahmana SH MH mengatakan bahwa kedatangannya ke lokasi bencana lahar ingin melihat kearah hulu bekas lahar dingin yang meluber ke perladangan warga, “ia tentu salah satu termasuk ladang ibu ini,” ungkapnya.
“Kami ikut prihatin, melihat kondisi buah salak yang berlumpur, namun ini adalah bencana alam diluar kemampuan manusia, mari kita tetap bersyukur sebab keselamatan dan kesehatan paling utama, disaat situasi Covid-19,” kata Terkelin, sembari mengambil buah salak dan mencicipinya.
Sembari berdialog dengan petani salak, Terkelin menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan pendataan melalui camat dan kepala desa, untuk mengetahui tanaman warga yang terimbas akibat terjangan lahar dingin.
“Dan untuk menyingkirkan lumpur, matrial dan bongkahan kayu yang berada dilahan warga, Pemkab Karo sudah mengerahkan alat berat guna menormalisaiakan keadaan,” sebut Terkelin.
Sementara camat Tiga Nderket Sukur Brahmana, menyatakan sudah berkoordinasi dengan Kades Sukatendel dan Kades Kuta Mbaru agar melakukan pendataan bagi perladangan dan pemukiman warga yang terimbas akibat pasca terjadinya lahar dingin.
Dikesempatan itu Camat Tiga Nderket menyempatkan diri membeli buah salak hasil panen yang dijemur yang masih berbekas lumpur beberapa karung. “Ini upaya bagian empati dan kepedulian sebagai tanda turut prihatin kepada warga,” kata Sukur .
Reporter : Daniel Manik