Personel pengamanan unjuk rasa di Bawaslu tidak dibekali dengan peluru tajam. Polisi juga menghalau aksi brutal massa sesuai ketentuan.
“Yang harus saya sampaikan lagi bahwa kemarin sudah saya tekankan, instruksi Panglima TNI dan bapak Kapolri sudah jelas, sudah sangat jelas petugas pengamanan, personel pengamanan dalam kegiatan unjuk rasa tidak dibekali peluru tajam tidak dibekali dengan peluru tajam. Sudah saya sampaikan kemarin, kami yakinkan kalau ada yang gunakan peluru tajam diyakinkan itu bukan personel pengamanan TNI Polri pada konteks unjuk rasa ini,” kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal dalam jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).
Kerusuhan oleh massa brutal terjadi di Jl Sabang, Jl Wahid Hasyim juga Jl KS Tubun. Kericuhan disebut Iqbal bermula dari gesekan massa yang memprovokasi aparat dan merusak pagar pembatas keamanan di depan Bawaslu pada Selasa (21/5).
Massa yang melakukan provokasi ini ditegaskan Iqbal berbeda dengan massa yang menggelar unjuk rasa pada Selasa (21/5) sore hingga pukul 21.00 WIB. Setelah massa yang memprovokasi dihalau, datang massa lain yang melakukan perlawanan ke polisi.
“Bukan malah kooperatif tetapi menyerang petugas, bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan lemparan batu, molotov, petasan ukuran besar ke arah petugas. Massa tersebut sangat brutal,” kata Iqbal.
Selain itu, terjadi kericuhan di KS Tubun. Sejumlah mobil yang terparkir di Asrama Brimob dibakar. Total 68 orang diduga provokator ditangkap polisi.
“Dari beberapa peristiwa tersebut berbagai data sudah kami dapat dari hasil pemeriksaan. Sementara mayoritas massa dari luar Jakarta, Banten dan ada yang dari Jawa Tengah dan ada bukti-bukti ada satu ambulans saya tidak akan sebutkan ambulansnya ada partainya penuh dengan batu dan alat -alat sudah kami amankan. Ada juga setelah kami geledah massa tersebut menyimpan amplop, uangnya ada, dan saat ini Polda Metro Jaya sedangmendalami hal tersebut,” papar Iqbal.