Sepertinya salah satu narasumber penting yang termasuk yang ditunggu-tunggu dalam tausiah kebangsaan adalah Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr Ahmad Sabban elRahamniy Rajagukguk MA.
Hal ini tampak dari animo dan sambutan peserta penyelenggara sosialisasi pilar pilar kebangsaan bersama Muhaimin Iskandar ( Cak Imin ) Wakil ketua MPR RI kemarin di Gedung Serbaguna Pemprovsu, akhir pekan lalu.
Dalam Tausiah kebangsaannya, Tuan Guru Batak menegaskan bahwa Empat pilar kebangsaan sangat sejalan dengan nilai-nilai Alquran. Dengan demikian menegakkan dan mengamalkan pilar-pilar kebangsaan berarti kita juga telah mengamalkan nilai-nilai Alquran atau ajaran agama.
“Jadi tidak ada alasan untuk tidak menjaga segala bentuk falsafah konsepsi dan Undang -undang Dasar kita dalam berbangsa,” jelasnya.
Menurut TGB, empat pilar kebangsaan harus dibangun dan terus disosialisasikan bersama-sama oleh semua pihak agar tercipta negara yang kuat dan bersatu meskipun berbeda-beda suku, agama dan ras/golongan. Dengan tegas diucapkan, Empat pilar kebangsaan itu yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika itu sejalan dengan ajaran agama.
Namun disaat bersamaan juga tidak boleh ada seseorang mengklaim paling pancasilais sementara yang lain tidak atau mengaku paling konstitusional sementara yang lain tidak. Membangun bangsa ini harus bersama-sama, tidak bisa hanya dengan satu elemen saja.
“Memahami empat pilar kebangsaan itu harus secara bersama-sama. Kita semua yang mencintai negeri ini adalah pancasilais,” jelas dia.
Tuan Guru Batak yang juga dikenal bukan hanya Ulama pimpinan thoriqoh persulukan ini tapi juga cendikiawan yang mumpuni dalam mengkaji persoalan-persoalan bangsa ini juga mengkritik adanya pergeseran makna ketika meneriakkan kalimat takbir. Hal ini tampak dari semangat menjelaskan kalimat takbir dari segi bahasa, sejarah dan tujuan penggunaan talimat takbir bahkan bagaimana kalimat takbir dipekikkan Bung Tomo dan Bung Karno serta seluruh syuhada.
Menurut Tuan Guru Batak yang juga merupakan pengasuh rumah sufi dan peradaban serta sekaligus Dosen Pasca Sarjana ini tentang adanya pergeseran makna tentang kalimat takbir ketika kalimat itu sering diteriakkan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah.
“Oleh karenanya sejatinya kalimat takbir adalah kalimat mempersatukan dan kalimat yang mengundang kekuatan langit dalam melawan musuh-musuh bangsa dan musuh-musuh agama,” jelas dia.
Kehadiran Tuan Guru yang kemudian di daulat sebagai pentausyiah kebangsaan murni sebagai tokoh sufi dan ulama yang memiliki semangat untuk merekatkan ukhwuah wathoniyah atau persaudaraan kebangsaan. Ril