SERGAI| Bagi warga Dusun III Desa Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Serdang Bedagai ( Sergai ), banjir tahun 2022 merupakan banjir terparah semenjak banjir yang terjadi pada tahun 1979 yang lalu.
Hal itu ditandai dengan meluapnya air hingga menyebrang jalan lintas Sumatera, tepatnya di simpang Bedagai Desa Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah.
Seperti yang ditulis oleh salah satu warga Dusun III Desa Sei Rampah, Cholid Lubis dalam beranda Facebook nya.
“Banjir simpang Bedagai tahun 1979”. Tulis Cholid Lubis sambil mengunggah foto kondisi banjir saat itu.
Kondisi banjir terparah ini juga diakui oleh Gema Nasution, salah seorang warga Dusun III jalan teratai Desa Sei Rampah saat dikonfirmasi awak media ini, Senin (12/12/2022).
“Kalau kali ini cukup cukup parah, semua sudah pada menderita, tahun ini paling parah sejak banjir tahun 1979. Kalau tahun lalu masih semata kaki, ini udah diatas pinggang”. Kata Gema Nasution.
Berdasarkan data dari BPBD Sergai, per hari Senin (12/12/2022) banjir sudah menggenangi 13. 190 rumah yang menyebar di 8 Kecamatan dengan rincian Kecamatan Sei Rampah sebanyak 4683 rumah, Kecamatan Perbaungan 788 rumah, Kecamatan Dolok Masihul , Kecamatan Tebing Tinggi 449, Kecamatan Teluk Mengkudu 180 rumah, Kecamatan 180 rumah, Sei Bamban 1112 rumah, Kecamatan Tanjung Beringin 5125 rumah dan Kecamatan Bandar Khalifah 853 rumah.
Dari pantauan di lapangan, Selain menggenangi belasan ribu rumah, banjir juga menggenangi jalan lintas Sumatera, jalan propinsi yang menghubungkan Sei Rampah menuju Dolok Masihul, jalan provinsi yang menghubungkan antara Sei Rampah, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah, serta menggenangi halaman Kantor Bupati Sergai, Kantor Koramil 10 Sei Rampah dan beberapa rumah ibadah.
Kondisi banjir terparah terjadi di Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Tanjung Beringin, dimana ketinggian air saat ini, selasa (13/12/2022) di rumah warga mencapai antara 80 hingga seratus sentimeter .
Seperti yang terjadi di Dusun III Desa Sei Rampah, hampir sembilan puluh persen warganya sudah meninggalkan rumah dan memilih untuk mengungsi.
Menurut Kepala Dusun III Desa Sei Rampah Johan Sahputra, dari 375 warga yang ada, 90 persen saat ini sudah mengungsi baik di tenda pengungsian, ke rumah kerabat nya maupun di rumah yang sengaja disewa untuk mengungsi..
“Ketinggian air saat ini di rumah warga sudah mencapai 80 hingga 100 sentimeter, sehingga mereka sudah tidak dapat beraktivitas dan terpaksa mengungsi”. kata Johan
Kondisi terparah juga terjadi di Kecamatan Tanjung Beringin, dimana saat ini para warga nyaris terisolir karena akses jalan utama dan jalan alternatif sudah digenangi air.
Kondisi ini dibenarkan oleh Camat Tanjung Beringin Elmiati ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
Menurut Elmiati, warga nyaris terisolir karena jalan utama dan jalan alternatif menuju Sei Rampah digenangi air yang cukup tinggi.
“Iya bang, di sawit satu Desa Pekan Tanjung Beringin dan di Desa Nagur air nya tinggi, jadi nggak bisa lewat terutama sepeda motor “. Kata Elmiati
Hingga berita ini dikirim ke meja redaksi, kondisi air masih bertahan.
Reporter : Pujianto