Tak Lagi Menentang, Mighty Earth: Kesepakatan PanEco dan NSHE Perlu Diinvestigasi

Orangutan Tapanuli spesies langka yang ditemukan di kawasan Hutan Batangtoru. Kini keberadaannya semakin terancam dengan pembangunan proyek PLTA Batangtoru. (Istimewa)

JAKARTA – Perjalanan pembangunan proyek waduk pembangkit listrik di Batang Toru oleh PT North Sumatera Hydro Energi (NSHE) sampai saat ini masih menjadi polemik.

Proyek itu dianggap mengesampingkan dampak alam, khususnya habitat spesies Orangutan Tapanuli. Lantas sejumlah lembaga lingkungan bersuara sepakat menentang.

Namun, kemarin, muncul kepermukaan sebuah kesepakatan antara NSHE dan PanEco, LSM asal Swiss, yang sebelumnya menyatakan proyek tersebut merupakan ancaman terbesar jangka panjang dari Orangutan Tapanuli.

Kesepakatan tersebut kuranglebih isinya mengenai penerapan strategi konservasi baru yang kompeherensif terhadap lebih dari 200 ribu hektar habitat orangutan yang ada melalui suatu pendekatan multi pihak.

Strategi ini akan mencakup pembangunan koridor hutan yang menghubungkan habitat yang terfragmentasi, merestorasi hutan bekas tebangan, serta meningkatkan perlindungan kawasan yang saat ini belum dilindungi.

Menyikapi sikap PanEco ini, Glenn Hurowitz, CEO Mighty Earth, dalam press rilisnya kepada orbitdigitaldaily.com mengaku terkejut dan kecewa.

Ia beralasan, apa yang dilakukan PanEco sebuah penghianatan atas perjuangan sejumlah aktivis lingkungan yang menentang proyek PLTA di Batangtoru.

“Ini cukup memalukan, bagaimana akhirnya PanEco menyerah atas intimidasi alih-alih melaporkan tindakan perusahaan tersebut ke KPK maupun polisi. Pihak berwenang di Indonesia dan Swiss harus segera menginvestigasi kesepakatan kotor ini dan menuntut NSHE untuk bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan di ekosistem Batang Toru,” katanya.

Ia menyebut ada fakta nyata soal kajian AMDAL yang asal jadi dalam proyek tersebut.

“Sikap PanEco atas kesepakatan yang seolah-olah melindungi lingkungan ini seharusnya tidak mengaburkan fakta bahwa menurut Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dimiliki NSHE, proyek PLTA tersebut dibangun di tempat dengan kepadatan hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan rata-rata di ekosistem Batang Toru.” Tambahnya lagi.

Diketahui proyek itu bisa dibilang sebuah mega proyek. Ada angka yang cukup fantastis, 1.6 juta US Dollar yang bakal digelontorkan.

Dari angka itu sudah bisa dibayangkan bagaimana nantinya alam Batangtoru bakal dieksplorasi. Menurut para para ahli bahwa pembangunan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya populasi Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis). Padahal, spesies ini telah ditetapkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUNC) sangat langka (critically endangered).

Menurut para para ahli bahwa pembangunan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya populasi Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis). Padahal, spesies ini telah ditetapkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUNC) sangat langka (critically endangered).