Turis Nihil, Hotel Tutup, Karyawan Dirumahkan, Merana Berastagi Quiet

TANAH KARO – Pandemi Corona Virus Desiase (Covid-19) tidak hanya mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, tetapi juga berimbas kepada dunia usaha disektor pariwisata. Pemilik hotel seakan kompak menutup usahanya, karena tidak ada lagi wisatawan yang datang menginap di hotelnya, jadinya karyawan pun merana karena dirumahkan pihak manajemen tempatnya bekerja.


Faktor kebijakan pemerintah, phsycal distancing dan larangan berpergian salah satu penyebab kunjungan ke daerah tujuan wisata terhenti, sehingga bisnis sarana dan prasarana pariwisata seperti hotel, cafe dan restauran, hiburan malam, kuliner menjadi sepi, bahkan sama sekali tidak ada pengunjungnya.

Berastagi kota wisata yang selalu ramai dikunjungi turis internasional maupun wisatawan domestik khusunya di hari libur, semenjak Pandemi Covid-19 nihil kunjungan wisatawan.

Begitu juga jalan-jalan dikawasan kota wisata itu yang biasanya dipadati berbagai jenis kenderaan, kini menjadi lenggang seperti kota pinggiran. Ptugas parkirpun tidak lagi terlihat mondar mandir mengatur kelancaran lalulintas. Berastagi kota kenangan betul-betul “Quiet” alias sepi.


Tidak ada lagi kutipan parkir, mulai dari Tugu Perjuangan hingga ex Bioskop RIA Berastagi. Petugas parkirnya sendiri mengundurkan diri karena tidak ada lagi hasil sebagai juru parkir.

Begitu juga hotel-hotel di kota dingin itu, yang jumlahnya seratusan, mulai dari klas Home Stay, Losmen, Bungalaw, Villa hingga Hotel berbintang dengan berbagai fasilitas, nihil pengunjung atau kosong. Gemerlap cahaya lampu kelap kelip aneka warna yang selama ini menambah semaraknya suasana malam kota wisata Berastagi, kini tidak terlihat lagi.

Pihak manajemen hotel tidak lagi menampilkan kemegahan gemerlap malam itu dengan pertimbangan hemat biaya penerangan.

Untuk mengantisipasi kerugian lebih besar, pihak manajemen hotel memilih menutup usahanya itu dan merumahkan karyawannya untuk sementara waktu.

Timbulnya kebijakan merumahkan karyawan hotel dari pihak manjemen, membuat karyawan dan pekerja lainnya sedih dan merana. Karena harus mencari kerja yang lain menunggu dipanggil kembali untuk menghidupi keluarga.

Syukur-syukur cepat dapat kerjaan sebelum uang tabungan terkuras habis untuk biaya hidup. Kalau sempat habis sebelum mendapat kerja apa yang terjadi? Apalagi kalau karyawan itu sama sekali memang tidak memiliki simpanan atau tabungan. Terpaksa meminjam sebelum harta benda miliknya dijual untuk biaya hidup. Sungguh merana nasib karyawan.

Seperti cerita seorang karyawan salah satu hotel berbintang di Berastagi yang minta namanya disamarkan alasan etika manjemen perusahaan, Jumat (8/5/2020) mengaku pasrah atas kebijakan perusahaannya.

“Saya maklum atas kebijakan manajemen hotel, apa mau kita bilang, kalau tamu hotel tidak ada, tentu pemasukan hotel juga tidak ada, dari mana dibayarkan gaji kami.

Harapan saya, kalaupun kami dirumahkan, hendaknya kalau Covid-19 ini berakhir, kami dipanggil kembali untuk bekerja. Saya tetap berharap supaya secepatnya bekerja kembali,” pinta Sys.

“Andaikan keadaan ini berlangsung lama, aduh ngga tau lagi aku mau kemana mengadu. Sekarang aja kami merana, apa lagi tambah harinya, makin melarat lah. Saya sudah mencoba mencari kerjaan lain, tetapi sampai sekarang belum ada,” keluhnya.

Menyikapi Pandemi Covid-19 Ketua Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia Cabang Kabupaten Karo Dickson Pelawi mengatakan, 95 persen hotel di Berastagi ditutup, lampu dan listrik di matikan mengurangi biaya pengeluaran, karyawan dirumahkan sementara menununggu keadaan normal.

“ Hotel itu bisa berlanjut bila kamarnya terjual minimal 40 persen. Kalau tidak sulit untuk beroperasi. “Saya sendiri pun merumahkan karyawan saya yang bekerja di hotel dan cafe. Mereka saya tawarkan bekerja dengan bayaran gaji 50 persen, tetapi mereka lebih memilih dirumahkan dan menggeluti pekerjaan lain dengan berbisnis on line, ia silakan, yang penting cukup biaya hidup menunggu normalisasi. Bisnis travel juga mengalami naib yang sama, fakum karena belum dicabut larangan berpergian,” ungkapnya.

Lanjutnya, Sebenarnya menutup objek wisata tidak perlu, ada cara lain mengantisipasi Covid-19 untuk tidak menutup objek wisata dengan mempedomani protokuler kesehata dibawah pengawasan petugas. Setiap wisatawan yang memasuki kawasan objek wisata wajib memakai masker , cuci tangan jaga jarak dan tidak bersentuhan.
“Kenapa saya katakan demikian, karena umumnya tamu yang datang ke Berastagi kebanyakan tamu lokal. Jadi tidak sulit untuk mengaturnya,” katanya.

Menurut perhitungan saya, situasi ini berakhir tergantung kebijakan pemerintah. Jika nanti Covid-19 dinyatakan sudah berakhir, untuk menormalkan pariwisat butuh waktu tiga bulan, ini berdasarkan pengalaman yang saya alami sendiri. Seperti peristiwa 98, flu burung dan erupsi Sinabung,” ujar Dikson.

Harapan saya, dalam situasi sekarang ini, hendaknya Pemkab Karo melalui dinas terkait memanfaatkan waktu untuk memperhatikan fasilitas pariwisata yang sudah rusak. Misalnya memperbaiki fasilitas penerangan listrik menuju objek wisata, memperbaiki jaringan air bersih dengan memanfaatkan anggaran rutin yang ada. Sehingga jika nanti keadaan sudah normal, wisatawanpun senang datang. Proses normalisasipun akan semakin cepat,” ujar ketua PHRI Dikson Pelawi yang juga pengusaha hotel, cafe dan Travel.

Sementara Asisten Execitive Manager Hotel Sinabung Hill Berastagi Saryadi mengatakan dampak covid-19 hotel tempatnya bekerja tidak ada lagi kedatangan tamu. Akibatnya pihak manajemen telah merumahkan karyawan hotel lebih setengah, sisanya masih ada bekerja. “ Itupun untuk menjaga keamana hotel, menjaga kebersihan, pemeliharaan, administrasi dan pelayan hotel menjaga sewaktu-waktu tama mendadak datang. Dan gaji mereka yang bekerja tidak dibayar penuh, hanya 50 persen saja dibayarkan, termasuk saya, gaji saya juga dipotong,” terangnya.

Ditanya sampai kapan karyawan dirumahkan, menjawab pertanyaan Saryadi mengatakan belum ada kepastian, tergantung manajemen hotel. Saya rasa sampai keadan normal. Menyangkut fasilitas yang ada seperti kolam renang dan lainnya, itu juga ditutup untuk sementara waktu. Kami tetap mengikuti himbauan pemerintah,” pungkasnya.

Reporter : Daniel Manik