TOBA- Setiap tahun, usai ibadah Jumat Agung yang juga disebut dengan Hari Raya Paskah di sepanjang jalan SM Raja, selalu disesaki penjual kembang yang umumnya datang dari Tanah Karo dan sebagian warga lokal.
Dalam adat istiadat batak yang dirangkai dengan kepercayaan keagamaan nasrani, bahwa usai Jumat Agung, keesokan harinya tepatnya di pagi hari, bukanlah hal luar yang biasa bila semua areal pekuburan dipenuhi orang untuk jiarah.
“Itu sudah tradisi Batak Nasrani, setiap Sabtu mulai subuh orang orang sudah pada ke areal pekuburan untuk membersihkannya dan menaburkan bunga kembang,” sebut S Napitupulu, tokoh pemuda di Porsea Kota, Jumat (10/4/2020).
Karenanya, setiap hari Paskah, lanjutnya, jalanan S M Raja Pusat Kota Porsea itu selalu disesaki para pedagang kembang dan warga yang ingin membeli, baik warga lokal maupun para perantau. “Malah di lokasi ini, saat Paskah lebih ramai penjual kembang dari penjual petasan saat Natal dan Tahun Baru,”
“Namun kali ini sangat berbeda sekali, penjual kembang nyaris tidak ada. Paling hanya satu itu. Padahal biasanya, saat siang seperti ini sudah puluhan pedagang berjejer di jalan ini! penyebabnya ia itu, Pandemi Virus Corona Cov19,” pungkasnya.
Boru Sembiring, satu satunya penjual kembang yang terlihat di sepanjang jalan pusat kota Porsea itu mengaku sejak pagi yang datang membeli hanya satu dua orang saja. “Bunga ini bang, biasa saya jual tahun lalu 15 ribu seikat, sekarang, dijual sepuluh ribu pun, tak ada peminat,” lirihnya seraya menunjuk salah satu bunga.
Dia mengaku, bunga itu semua dibawa dari Berastagi, namun tidak menduga bakal sepi seperti ini. “Jumat tahun lalu, walau masih pagi, tiga keranjang kembang sudah habis. Sekarang, sudah sore, satu keranjang saja sulit habis. Belum lagi perantau tak ada yang pulang,” ujar boru Sembiring mendesah.
Semua ini, lanjutnya, karena wabah Virus Corona Disease atau Covid 19. “Selain anjuran pemerintah, memang semua warga takut tertular, jadi mengurung diri di Rumah saja alias Work From Home. Semoga Pandemi ini cepat berlalu,” doanya.
Reporter : Bernard Tampubolon