Mengenang 73 Tahun Tragedi Pembantaian Melayu Sumatera Timur

Medan-ORBIT: Mengenang 73 tahun tragedi berdarah pembantaian terhadap institusi kerajaan melayu di Langkat dan Binjai yang dilakukan gerakan rakyat  berafiliasi dengan faham komunis pada tahun 1946, ratusan pelajar Binjai-Langkat menggelar doa dan dzikir bersama di Masjid Azizi Tanjung Pura Kabupaten Langkat, kemarin.

Dalam acara tersebut, turut hadir para tokoh masyarakat, tokoh agama, Tengku Rina Usman cucu Tengku Amir Hamzah, Sultan Langkat Tuanku Azwar Abdul Djalil Rahmatshah Al Hajj beserta anggota DPRD Langkat dan perwakilan pemerintah setempat.

Dihadapan para peserta yang hadir disampaikan sejarah singkat akan tragedi pembantaian yang menimpa wilayah kesulthanan di Sumatera Timur yang dari Kota Pinang, Panai, Bilah, Kualuh, Asahan, Serdang, Deli Langkat dan kerajaan di Simalungun dan Karo.

Tengku Fahrizal yang merupakan cucu Tengku Amir Hamzah mengatakan, para pelajar dan pemuda memanjatkan doa bagi arwah untuk mengenang korban atas tragedi berdarah 1946 agar kaum pelajar tidak lupa akan sejarah.

“Setelah Indonesia merdeka, Tengku Amir Hamzah selaku tokoh pergerakan saat itu ditunjuk Presiden Soekarno sebagai tokoh  perwakilan RI di wilayah Langkat-Binjai turut menjadi korban pembantaian,” ujar Tengku Fahrizal kepada Harian Orbit, Selasa (5/3).

Ia menyampaikan, makam Tengku Amir Hamzah masih gabung dengan makam lain. Dan rencananya akan dipindahkan ke tempat yang lebih layak, apalagi Tengku Amir Hamzah dikenal pahlawan nasional.

“Dalam acara itu Tengku Rina Usman cucu Tengku Amir Hamzah sudah sepakat dengan tokoh masyarakat sudah setuju makam Tengku Amir Hamzah dipindahkan ke depan halaman masjid agar lebih layak,” ungkapnya.

Untuk dirinya berharap agar masyarakat peka dan mengantisipasi paham  yang bisa memecah persatuan dan kesatuan dari  paham komunis. Om-10