Aceh  

MANDIRI 03 Gagas Ekonomi Hijau di Langsa, Gandeng Repnas dan Gelombang Muda Maju Meusuraya

LANGSA | Kedai kopi legendaris Pangeran Kupi di Jl. Banda Aceh-Medan, Kota Langsa, pada malam Kamis (14/11/2024), menjadi panggung diskusi penuh gagasan segar antara tokoh muda dengan pasangan calon Wali Kota Langsa nomor urut 03, Maimul Mahdi, S.Sos., M.AP., dan Nurzahri, ST.

Acara yang digagas oleh Repnas (Relawan Pengusaha Muda Nasional) Langsa dan Gelombang Muda Meuseraya ini mengusung tema “Ekonomi Hijau Berbasis Mangrove”.

Diskusi yang berlangsung interaktif ini menghadirkan Ketua Repnas Langsa, Arif Aulia Rahman, SH, MH, dan Ketua Gelombang Muda Meuseraya, Hanif Murtadha.

Keduanya menyoroti peluang besar ekonomi hijau, terutama dari sektor mangrove, dalam meningkatkan kesejahteraan warga Langsa.

Pasangan calon yang dikenal dengan sebutan MANDIRI itu menyambut baik gagasan tersebut dan menyatakan komitmen mereka dalam mengembangkan ekonomi berkelanjutan di Langsa.

Mangrove sebagai Tulang Punggung Ekonomi Hijau

Arif Aulia Rahman membuka diskusi dengan menekankan pentingnya mangrove, bukan hanya dari segi pelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi lokal.

“Mangrove bisa menjadi pusat ekowisata, edukasi lingkungan, hingga sumber produk ekonomi kreatif. Jika dikelola secara optimal, ini bisa menjadi lokomotif baru bagi perekonomian Langsa,” ujar Arif penuh optimisme.

Senada dengan Arif, Hanif Murtadha menekankan bahwa sektor mangrove mampu membuka peluang inovasi bagi generasi muda Langsa.

“Kita bisa kembangkan produk turunan dari mangrove, mulai dari kuliner khas hingga kosmetik dan obat herbal. Ini tidak hanya menambah pendapatan daerah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru,” jelas Hanif, yang dikenal aktif dalam gerakan pemberdayaan pemuda.

Optimalisasi Otsus Aceh dan Butir MoU Helsinki

Merespons ide-ide yang dilontarkan, Maimul Mahdi menegaskan bahwa di bawah kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) Aceh, Langsa memiliki fleksibilitas anggaran yang cukup untuk mengembangkan ekonomi hijau.

“Otsus memberi kita ruang untuk berinovasi. Kami berkomitmen untuk mengalokasikan dana Otsus bagi program pelestarian mangrove dan pengembangan UMKM ramah lingkungan,” tegas Maimul.

Nurzahri menambahkan bahwa butir-butir MoU Helsinki harus menjadi fondasi kebijakan lokal, terutama dalam upaya pembangunan berkelanjutan.

“Kami, pasangan MANDIRI, bertekad menjadikan Langsa sebagai model kota yang harmonis antara ekonomi hijau dan kesejahteraan sosial. Fokus kami adalah pemberdayaan masyarakat pesisir dan pelatihan keterampilan berbasis lingkungan,” jelas Nurzahri.

Sinergi Lintas Generasi untuk Langsa Berkelanjutan

Di akhir diskusi, muncul kesepakatan untuk berkolaborasi dalam menyusun rencana aksi konkret.

Ketua Repnas dan Muda Meuseraya bersama pasangan MANDIRI sepakat untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan, termasuk pelatihan bagi UMKM lokal dalam memanfaatkan potensi mangrove sebagai upaya diversifikasi ekonomi Langsa.

“Ini bukan sekadar wacana, tapi misi yang nyata. Langsa punya potensi besar untuk menjadi contoh bagi kota-kota lain di Aceh dalam menerapkan ekonomi hijau,” pungkas Arif dengan penuh semangat.

Langsa Menuju Ikon Kota Hijau Aceh?

Antusiasme para peserta diskusi tampak tinggi, menandai komitmen kuat untuk membawa perubahan nyata bagi Kota Langsa.

Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan menjadi angin segar dalam dinamika politik lokal dan membuka jalan bagi transformasi ekonomi berkelanjutan di Aceh.

Dengan tekad besar dari pasangan MANDIRI dan dukungan generasi muda, apakah Langsa siap menjadi ikon kota hijau di Aceh?

Waktu yang akan membuktikan, namun komitmen yang terjalin malam itu menyiratkan optimisme baru bagi masa depan Langsa.

Reporter : Rusdi Hanafiah