Tahlil 40 Hari Ibunda Pendiri Harian Orbit, Ustadz Muzakkir: Pesan Allah Swt Lewat Musibah

Pendiri Harian Orbit Mahsin, SH bersama ustadz Dr H Muzakkir MA, Kadinkes Sumut H Alwi Mujahid bersama tamu undangan yang hadir pada acara tahlilan 40 hari berpulangnya Hj Zahra Binti Umar Balatif di Jalan Imam Bonjol No 83/93 Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Selasa (2/3/2020).

MUSIBAH merupakan kejadian menyedihkan yang menimpa seseorang dan juga bermakna; malapetaka, bencana, kemalangan, kesusahan, bahaya dan bala.

Ada juga pemaknaan lain bahwa musibah juga bisa merupakan sesuatu yang menyenangkan berupa jabatan, harta, popularitas, dan lainnya jika kesenangan yang diperoleh itu menjadikan seseorang berpaling dari Allah, bertambah maksiatnya, semakin menjauh dari kehidupan yang benar, maka semua yang diperoleh itu menjadi ‘musibah’ yang membahayakan.

Setidaknya hal itu yang jadi poin ustadz Prof Dr H Muzakkir MA pada acara tahlilan 40 hari berpulangnya Hj Zahra Binti Umar Balatif ibunda pendiri Harian Orbit, H Mahsin, SH di Jalan Imam Bonjol No: 83/93 Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat.

Ia mengatakan, dalam al-Quran setidaknya ada tiga pesan Allah ketika musibah itu terjadi, pertama musibah itu sebagai Ibtila’

Yaitu ujian Allah untuk pembuktian kebenaran iman seseorang, semakin mendekat kepada Allah, semakin rajin beribadah ujian demi ujian itu datang silih berganti.

Terkadang diuji lewat sakit yang diderita, rezeki yang terbatas, suami atau isteri bahkan anak yang belum menjadi penyejuk hati, dan lain sebagainya.

“Dan ketika kita sanggup dan lulus menghadapi ujian-ujian kehidupan itu dengan kesabaran, keikhlasan dan berbaik sangka kepada Allah, maka akan semakin terasa indahnya dan manisnya iman dalam kehidupan ini,” kata Muzakkir.

Ia menyebut, di dalam al-Quran Allah mengingatkan hal itu;  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-‘Ankabuut [29]: 2 – 3)

“Begitu dinamika dan romantika kehidupan ini ternyata penuh dengan berbagai ujian; suka dan duka, susah dan senang, kaya dan miskin, sehat dan sakit semua itu adalah ujian Allah yang harus disikapi dengan berfikir positif,” terangnya lagi.

Al-Quran juga menjelaskan hal tersebut; adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.”1 (QS. al-Fajr [89]: 15 – 16)

Selanjutnya, musibah itu sebagai Tazkirah. Yaitu peringatan Allah bagi orang yang beriman, teguran bagi orang yang telah melakukan kesalahan, menyimpang dari kebenaran, dan sesungguhnya peringatan itu adalah tanda sayangnya Allah pada hamba-Nya untuk segera kembali dalam kehidupan yang benar, tidak membiarkan dan menjerumuskan diri dalam lembah dosa dan kesalahan.

Di dalam Al-Quran, kata Muzakkir Allah sudah memperingatkan dalam Qs al-Anfaal [8]: 25 “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”

Juga diingatkan Allah pada ayat lain; “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Ruum [30]: 41)

Maksudnya ialah: Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16.

“Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya,” tuturnya/

Sejatinya, Muzakkir menerangkan, dalam menghadapi suatu musibah yang terjadi itu dapat dijadikan sebagai media muhasabah, untuk bercermin diri menyadari kelakuan dan perbuatan yang sudah kita lakukan.

“Umpamanya bisnis yang kurang lancar mungkin pada harta itu, ada hak orang lain yang belum kita berikan atau tidak berkahnya harta itu karena didapati dengan cara yang salah. Kesehatan yang sering terganggu mungkin masih lalai dalam beribadah karena kecintaan pada dunia yang berlebihan atau kelelahan yang berlebihan, supaya istirahat sejenak dalam sakitnya,” sebut Muzakkir.

Kemudian terkait ketenangan hidup yang sulit dirasakan. Boleh jadi, ungkap Muzakkir, hati yang kering dan gersang dari berzikir kepada Allah, hati yang masih terbelenggu oleh syahwat duniawi.

Terakhir, Muzakkir mengingatkan musibah itu sebagai A’zaaban, I’qaaban.

Pesan ketiga ini musibah sudah menjadi azab; hukuman Allah bagi orang yang tetap saja tidak menyadari kesalahan dan kezhalimannya setelah adanya ujian.

“Peringatan dan teguran Allah, mereka tidak cerdas membaca isyarat, tanda-tanda zaman, telah rapuh jiwa mereka untuk memahami makna cinta dan kasih sayang Allah,” terangnya.

Dalam al-Quran, QS. al-An’am [6]: 44, Allah ingatkan kita. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

Mencermati musibah sebagai hukuman Allah, dalam analisis kajian al-Quran adanya empat tahapan ketika Allah akan menurunkan azab-Nya, tidak secara serta merta, melainkan masih adanya ruang dan waktu bagi manusia untuk menata kembali citra dirinya.

Tahapan-tahapan tersebut diantaranya yang pertama Allah Swt. masih menangguhkan turunnya azab itu bagi orang-orang yang zhalim.

Begitu besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, sekalipun mereka telah berbuat dosa masih dibuka pintu-pintu untuk bertaubat.

“Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.” (QS. al-Qalam [68]: 45)

“Sebelum azab itu datang, sejatinya kita semakin memperbanyak ibadah; memakmurkan masjid shalat berjamaah di awal waktu, menghidupkan majlis alQuran dan ilmu. Kemudian menjaga shilaturrahim tanpa adanya permusuhan, dendam dan perpecahan di tengah ummat dan senantiasa amar ma’ruf nahi a’nil mungkar,” kata Muzakkir.

Tahapan Kedua, Istidraj. Yaitu ketika seseorang meraih apa saja yang diinginkannya, sementara dia senantiasa dalam berbuat kemaksiatan, suka melakukan dosa, tapi dia meraih berbagai kesuksesan, seakan dunia ini terbuka lebar baginya.

“Boleh jadi hartanya terus bertambah sementara tidak pernah berzakat, badannya sehat saja, sementara gemar berbuat dosa, selalu dimuliakan manusia, dihormati. Bahkan diidolakan sementara hidupnya tidak bermoral. Berhati-hati dengan istidraj, jangan sampai nikmat membawa sengsara, ada duka dibalik canda tawa duniawi yang melampaui batas,” ungkapnya.

Hal ini kata Muzaakir sudah diingatkan Allah di dalam Al Quran surat al-A’raaf [7]: 182; “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”

Tahapan ketiga, sebelum azab itu datang, syaitan dan bala tentaranya menyebarkan tipu daya sehingga perbuatan yang salah dianggap benar, yang jelek dipandang indah, yang buruk dipandang bagus.

Sehingga manusia tanpa rasa malu dan takut berlombalomba melakukan kesalahan bukan malah melakukan kesholehan.

“Syaitan telah mengelabui perbuatan manusia, bahkan menjadikan manusia bangga dengan perbuatan dosanya tanpa ada penyesalan,” ungkapnya.

 “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.” (QS. an-Naml [27]: 24)

Tahapan keempat, yang merupakan tahapan terakhir, saatnya azab itu pun datang, manusia itu benar-benar telah melampaui batas, bahkan hati mereka sudah mati, Allah telah murka:

 “Maka orang-orang yang zhalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. al-An’am [6]: 45)

Juga diingatkan,

 “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS. Huud [11]: 102)

Semoga dibalik musibah ada hikmah, Allah memberikan kebaikan dalam musibah itu dan Allah gantikan musibah itu dengan sesuatu yang lebih baik,

 “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya lah kita kembali.” (QS. al-Baqarah [2]: 156)

“Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku, dan berilah aku ganti yang lebih baik daripada musibah yang telah menimpa.” [HR. Muslim].

Dalam kesempatan itu, Mahsin, SH mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselenggaranya acara tahlil, tahtim dan doa bersama pada malam ke 40 hari berpulangnya Almarhumah Hj Zahra Binti Umar Balatiif.

“Terutama kepada jiran tetangga, keluarga dan semua yang tidak dapat kita sebut satu persatu. Semoga Allah membalas kebaikan semuanya dengan berlipat ganda,” pungkas Mahsin.

Hadir dalam acara itu Ketua MUI Kecamatan Babalan, Drs H. Khaidir Siagian yang memberikan sambutan mewakili undangan dan Muspika Kecamatan Babalan.

Kemudian Nukman Hafiz, Spd bertindak sebagai pembuka acara. Selanjutnya Tahtim Drs H Zarwan Hasibuan, Tahlil/Zikir Asmui Spd dan doa oleh H Irham Effendi dan pembawa acara Musa Pasaribu. (Diva Suwanda)