GELOMBANG tsunami dengan ketinggian mencapai 0,3 hingga 1 meter di atas permukaan air melanda beberapa pantai di Pasifik Tonga.
Gelombang tsunami itu muncul tak lama setelah negara kepulauan yang berada tidak terlalu jauh dari wilayah sebelah Timur Indonesia, terutama Papua itu diguncang gempa berkekuatan magnitudo (M)7,1 pada Minggu (30/3/2025) pukul 19.18 WIB.
Kendati demikian, dampak gempa yang menimbulkan gelombang tsunami yang melanda dekat Pasific Tonga, tidak berpotensi menimbulkan tsunami ke wilayah Indonesia.
Hal itu seperti disampaikan Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulisnya.
“Pada hari Minggu, 30 Maret 2025, pukul 19:18:47 WIB Tonga Islands Region, diguncang gempa bumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki magnitudo M7,1 dengan episenter terletak pada koordinat 20.47° LS ; 173.64° BB pada kedalaman 34 km,” katanya.
Daryono menjelaskan, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Subduksi Lempeng Pasifik.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme naik (thrust fault). “Peringatan Tsunami hanya untuk di Tonga,” tegas Daryono.
Sementara itu Survei Geologi AS (USGS) melaporkan gempa yang melanda Pasific Tonga berkekuatan M7,1. Gempa bumi dangkal tersebut melanda 90 kilometer di tenggara desa Pangai, dengan peringatan juga meluas ke negara kepulauan Niue.
“Gelombang tsunami yang mencapai 0,3 hingga 1 meter di atas permukaan air pasang mungkin terjadi di beberapa pantai Niue dan Tonga,” kata sistem peringatan tsunami AS, dikutip dari Kompas, Senin (31/3/2025).
Sebelumnya telah diperingatkan bahwa gelombang tsunami berbahaya dari gempa bumi ini terjadi dalam jarak 300 kilometer dari episentrum di sepanjang pantai Tonga.
Badan bencana nasional Tonga mengeluarkan peringatan kepada penduduk agar menjauh dari pantai dan garis pantai.
“Orang-orang yang tinggal di daerah pantai dataran rendah harap pindah ke tempat yang lebih tinggi atau lebih jauh di daratan,” tulis Kantor Manajemen Risiko Bencana Nasional Tonga di Facebook, dikutip dari kantor berita AFP.
Gempa bumi sering terjadi di Tonga, kepulauan dataran rendah yang dihuni sekitar 100.000 orang dan terletak di Cincin Api seismik.
Diketahui, cincin api adalah busur aktivitas tektonik intens yang membentang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Melansir Garuda yang mengutip laporan USA Today, pusat Peringatan Tsunami Pasifik sempat mengeluarkan peringatan tsunami yang dicabut sekitar satu jam setelah gempa terjadi.
Meski begitu, Layanan Meteorologi Tonga tidak menyarankan warga untuk kembali ke rumah mereka, menurut laporan media lokal Talanoa o Tonga.
Wilayah tersebut telah mengalami enam gempa susulan, semuanya dengan kekuatan lebih dari 4,5 menurut USGS.
Tidak ada laporan awal mengenai kerusakan dan korban yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.
Posisi Kepulauan Tonga tepatnya di sebelah Timur wilayah dan tidak terlalu jauh dari Indonesia terutama dengan Papua.
Indonesia, Papua Nugini, dan Australia menjadi wilayah terdekat dari pusat gempa Tonga.
Menyusul bencana di Myanmar
Gempa yang mengguncang Tonga terjadi beberapa hari setelah gempa berkekuatan M7,7 mengguncang Myanmar, yang menewaskan hampir 1.700 orang dan merusak bangunan di seluruh negara tersebut.
Gambar-gambar dari negara Asia Tenggara tersebut pada Sabtu lalu menunjukkan dampak dari gempa dan getaran, termasuk gempa susulan dengan kekuatan 6,4.
Model prediktif dari USGS memperkirakan jumlah korban tewas bisa mencapai 10.000 orang.
“Ini bukan hanya bencana; ini adalah krisis kemanusiaan yang kompleks di atas kerentanannya yang sudah ada,” kata Alexander Matheou, Direktur Regional Palang Merah untuk Asia Pasifik, dalam siaran pers pada Minggu. (Kps/Grd/BS/OM-03)