ACEHSINGKIL-Sejumlah warga yang tergabung dalam Pemuda Pemudi Pasar Singkil (PPPS), di Aceh Singkil menggelar aksi solidaritas peduli korban kabut asap di Provinsi Riau dan Kalimantan.
Keprihatinan para pemuda ini mereka sampaikan melalui penggalangan donasi di Simpang Empat Tugu bersejarah Desa Pasar Singkil, sejak Kamis 19 hingga 23 September 2019.
Eko Firdaus, penanggung jawab penggalangan dana, Minggu (22/9/2019) mengatakan, polusi asap adalah bencana skala nasional yang kerap melanda di beberapa daerah tanah air yang salah satunya Provinsi Riau.
Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) seakan menjadi permasalahan langganan masyarakat Riau setiap tahunnya, sehingga sangat meresahkan sekali.Bahkan negara tetanggapun ikut terdampak polusi asap kiriman.
“Sebagaimana kita lihat sejumlah pemberitaan media-media nasional dan media sosial, polusi asap mulai mendekati bahaya akut,” katanya.
Disamping itu, kata Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) jurusan Ilmu Administrasi Publik (IAP) itu katanya, bencana asap di sejumlah pemukiman masyarakat Riau sangat memprihatinkan akibat kebakaran hutan yang meluas. Hal itu menyebabkan aktivitas masyarakat banyak terhambat selama tiga bulan terakhir.
Disebutkannya, penggalangan dana yang dilakukan dimulai sejak, Kamis (19/9) yang akan berlangsung hingga, Senin (23/9).
“Penggalangan dana kemampuan kami, hanya sebatas Riau, bila nanti sudah terkumpul, akan ditransferkan ke posko bencana daerah diranah melayu itu ,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini harus cepat tertangani, karena dampak lingkungan sangat negatif pada masyarakat luas, apalagi seperti anak-anak yang rentan terkena Infeksi Saluran Paru-paru(ISPA).
Terpisah Dedi Admaja warga Simpang Benar Kec. Tanah Putih Kab. Rokan Hilir Provinsi Riau mengaku saat ini kondisi sekolah-sekolah di sana sebagian besar diliburkan sejak sepekan terakhir. Lantaran katanya, kondisi kabut asap sudah sangat mengkhawatirkan.
“Setiap pagi matahari mulai muncul langit terlihat memerah,” ucapnya kepada orbitdigitaldaily.com saat dihubungi lewat telpon selularnya.
Dedi juga mengaku heran, di media sosial yang menyebutkan kondisi asap di Riau tidak seberapa. Menurutnya untuk mengetahui langsung baiknya mereka yang menyebut asap di Riau tidak seberapa, bisa datang langsung menyaksikan ke Riau.
“Kalau tidak ada biaya, biar kami masyarakat Riau ganti biayanya dari Jakarta kesini,” cetus Dedi yang menyebutkan kondisi asap didaerahnya terlihat tebal dan mengkhawatirkan.
Sementara dari Kalimantan Tengah, Hj Marlina yang dihubungi via whatsapp mengaku, wilayah tempat tinggalnya masih dikepung kabut asap pekat terlebih pada malam hari.
“Asap masih mengepung, apalagi dikawasan Sampit, Kalimantan Tengah, parah banget,” ungkapnya.
Dikatakan, upaya pemadaman sudah dilakukan pemerintah setempat, lintasan jalan raya, dengan mobil pemadam kebakaran setempat.
Sementara, pemadaman yang jauh ke dalam dilakukan secara gotong-royong masyarakat menggunakan ember dan alat seadanya menyirami lahan gambut yang terbakar.
“Akibat peristiwa itu, anak sekolah diliburkan sudah sepekan ini, karena dikhawatirkan polusi asap yang mengandung karbon monoksida rentan terhadap anak-anak,” ujarnya.
Sementara, lanjutnya, para pekerja kantoran sebahagian libur ada juga yang kerja dan pekerja buruh lainnya tetap beraktivitas. “Kalau nggak kerja ya nggak makan,” bebernya.
Reporter: Saleh