Medan  

TGB Kaget Komentarnya soal Candaan Gus Miftah Viral: Berbahaya Sekali Kalau Jadi Budaya Dakwah

Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Ahmad Sabban el-Rahmaniy Rajagukguk. (foto screenshot)

MEDAN | Ulama kharismatik Sumatera Utara, Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Ahmad Sabban el-Rahmaniy Rajagukguk mengaku kaget video singkatnya yang mengomentari peristiwa candaan pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah terhadap seorang penjual es teh, viral di media sosial.

“Saya juga tidak menyangka tulisan dan ada video saya mengomentari sikap Gus Miftah, sudah tembus ditonton lebih 1,8 juta tayang dan dikomentari ribuan netizen,” ungkap TGB Syekh Ahmad Sabban Rajagukguk saat dihubungi Orbit, Jumat (6/12/2024) petang.

Diketahui, video itu pertama kali diunggah di akun Facebook @Tgb Serambi Babussalam Simalungun pada Rabu 4 Desember 2024. Hingga Sabtu (7/12/2024) pukul 02.00 WIB, tayangan video berdurasi 3,27 menit tersebut telah ditonton lebih dari 1,9 juta kali, dibagikan lebih dari 5.290 kali, mendapat like 57.000 kali, dan dikomentari lebih dari 7.500 netizen.

“Beredar video di mana Gus Miftah sedang taushiyah tabligh akbar, kemudian ada seorang penjual es. Dari video itu ada kesan Gus Miftah sedang ceramah, tetapi mengeluarkan kalimat-kalimat yang kurang berkenan, yang kurang elok, atau yang menurut netizen kurang beradab,” ucap TGB dalam tayangan video tersebut.

Gus Miftah sendiri diketahui telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan pada Jumat (6/12), menyusul masifnya kecaman publik dan netizen terhadap sikap dan gaya berdakwahnya yang dianggap tidak pantas itu.

“Apapun itu namanya, candaan atau kebiasaan gaya berdakwah Gus Miftah, tetapi itu telah menggoreskan luka. Itu melukai hati umat, terutama kalangan kita yang meresponnya dalam relasi terhadap orang-orang bawah, orang susah,” kata TGB.

Menurut TGB, panggung dakwah atau panggung tabligh akbar dan selawat Nabi sesungguhnya merupakan panggung orkestrasi untuk menunjukkan kelembutan dan keindahan Islam serta panggung menyampaikan dakwah-dakwah Nabi yang sangat empati sebagaimana ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamiin.

Tetapi dari panggung dakwah yang mulia itu, publik justru menemukan sebuah sentimen, orkestrasi, dan pernyataan yang diperlihatkan Gus Miftah bertentangan dan kontra produktif dengan ajaran Islam.

“Jadi, kita menyayangkan panggung kehormatan, panggung yang mulia untuk mengembangkan dan menyebarkan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamiin, tetapi di sana justru yang terlihat dan terasa adalah sebuah fragmentasi, sebuah sikap yang menurut kita sangat merendahkan sesama umat. Apalagi dari seorang tokoh umat yang kita harapkan jadi panutan adab, justru (sikapnya) tidak mencerminkan bagaimana dakwah-dakwah Nabi yang sesungguhnya,” sesal TGB.

TGB yang juga Pimpinan Pondok Persulukan Tarekat Naqsyabandiyah Serambi Babussalam di Desa Jawa Tongah, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, lebih jauh mengemukakan bahwa reaksi publik yang begitu keras menyoroti sikap Gus Miftah karena menghina penjual es teh dalam sebuah panggung dakwah dan videonya viral di media sosial, adalah bentuk respon yang tidak bisa dibendung.
,
Karena itu sikap cepat tanggap Presiden RI Prabowo Subianto dengan menegur keras Gus Miftah patut diapresiasi. Respon Presiden Prabowo melalui juru bicaranya tersebut dinilai TGB sudah sangat tepat.

Apalagi Prabowo dikenal sebagai sosok berhati tulus. Kalangan Gus-Gus (sebutan bagi putra ulama, kiai atau orang yang dihormati, red) bahkan menyebut Prabowo memiliki hati yang ikhlas. Prabowo walaupun kini kedudukannya Presiden dan seorang bangsawan, tetapi memiliki empati yang kuat terhadap rakyat kecil.

“Coba kita bayangkan, sampai peristiwa ini (candaan tak pantas Gus Miftah terhadap penjual es teh), kemudian menjadi perbincangan di luar negeri dan sekelas Perdana Menteri Malaysia (Anwar Ibrahim) mengomentari ini. Artinya ini nggak main-main, gitu loh. Ini sebuah preseden buruk atau sebuah sikap, sebuah lakon dari pergaulan yang tidak bisa dianggap main-main,” tukas TGB.

TGB menyatakan peristiwa candaan Gus Miftah terhadap penjual es teh di panggung dakwah tidak boleh diamini menjadi sesuatu yang biasa. Karena ada juga pandangan-pandangan segelintir orang yang menyebut begitulah cara berdakwah Gus Miftah dan dianggap sudah merupakan kebiasaan Gus Miftah.

“Berbahaya sekali kalau ini menjadi bagian dari karakter atau budaya dakwah. Itu bertentangan sekali dengan esensi dari dakwah itu sendiri. Artinya, kalau pun Gus Miftah menganggap ini sesuatu yang biasa dalam dakwahnya, tapi itu tidak boleh dibenarkan. Tidak boleh dibenarkan,” tegas TGB.

Kemudian, bahwa karena melalui lisan Gus Miftah juga, Allah ingin mengangkat derajat si penjual es teh, menurut TGB itu merupakan bagian dari hikmah dan cara Allah, tanpa harus membenarkan sikap Gus Miftah.

“Kan ada juga pandangan yang mengatakan dengan lisan Gus Miftah itu, si penjual es teh itu kan terangkat derajatnya. Itu berlawanan itu dengan logika dan dakwah Nabi. Bukan begitu yang ma’ruf (perbuatan yang baik, red). Kita tidak boleh menjustifikasi itu,” kata TGB menekankan.

TGB dalam kesempatan itu mengapresiasi sikap Gus Miftah yang menyadari kesalahannya, kemudian meminta maaf dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

“Kita sangat mengapresiasi dan sangat memuji sikap (Gus Miftah) itu, tetapi bukan berarti kita membenarkan sikap (gaya berdakwah Gus Miftah) itu. Bahwa karena peristiwa itu tukang es teh itu mendapat kehormatan, itu cara Allah saja. Jadi, bukan membenarkan. Begitu,” pungkas TGB. (JO-3)