TAPUT – Orang tidak dikenal (OTK), nekat membuang ternak yang mati jenis Babi di Paritan jalan Ringroad Siborongborong, tepatnya di Dusun Siturituri, Desa Lobusiregar II Kecamatan Siborongborong daerah Kabupten Tapanuli Utara (Taput), Sabtu (11/1/2020).
Terhitung tiga bulan terakhir, penyakit ternak babi mewabah di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Namun berdasarkan informasi dari masyarakat Dusun Siturituri, belum ada ternak Babi yang terkena penyakit Hog Cholera. Hal itu juga diamini Kades Lobusiregar II yang juga di dampingi, Bhabinkamtibmas Polsek Siborongborong, Bripka Wenly Nababan, Sabtu (11/01/2020) di Dusun Siturituri.
Kepala Desa (Kades) Lobusiregar II, Sahata Siahaan ketika diminta keterangannya, Sabtu (11/01/2020) di lokasi penemuan bangkai Babi, Dusun Siturituri Desa Lobusiregar II membenarkan, adanya penemuan bangkai Babi di paritan jalan Reengroad Siborongnorong oleh orang tidak dikenal (Otk).
” Kades Lobusiregar II mengecam, tindakan orang tidak dikenal (Otk), yang membuang bangkai Babi keparitan dekat pemukiman warga Dusun Siturituri. Dengan adanya peristiwa ini, kami dan personel perangkat Desa, BPD, juga elemen masyarakat akan melakukan pengawasan yang lebih intens dan akan membuat pengumuman melalui Gereja, agar masyarakat tidak membuang bangkai Babi sembarangan,” Ucap Kades Lobusiregar II Sabtu (11/01/2020) dini hari.
Ditempat yang sama, Bhabinkamtibmas Polsek Siborongborong Bripka Wenly Nababan, ketika dikonfirmasi di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa pihaknya dengan sigap turun ke lokasi setelah menerima laporan warga, bahwasanya ada ditemukan bangkai ternak babi di parit jalan Reegroad Siborongborong, tepatnya di Dusun Siturituri Desa Lobusiregar II kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
” Peristiwa adanya pembuangan bangkai ternak jenis Babi ini, dimungkinkan dibuang oleh orang tidak dikenal (Otk) dari daerah lain luar Dusun Siturituri Desa Lobusiregar II. Hal ini tentunya akan kita selidiki siapa oknum pelaku, yang dengan sengaja membuang bangkai Babi dengan sembarangan. Tindakan tersebut sangatlah perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada warga, agar kedepan, bilamana ada ternak Babi yang mati, agar benar dikubur dengan dalam dan ridak melakukan pembuangan ke pinggiran jalan dan paritan,” Ucap Bripka Wenly Nababan di lokasi kejadian, Sabtu (11/01/2020) sekira pukul 08:45 WIB.
Bupati Tapanuli Utara, Drs Nikson Nababan, M.Si, ketika dikonfirmasi Via WhatsApp (WA) miliknya, bahwa sampai
saat sekarang belum ditemukan obat untuk penyakit virus babi ini.
Iya kita minta dan kita himbau kepada semua masyarakat dan para pelaku peternak, agar sadar dan dewasa menyikapi kondisi yang terjadi. Sebab peristiwa ini musibah dan Obatnyapun belum ditemukan. Kita paham dan peduli kekecewaaan dari para Peternak di daerah Kabupaten Tapanuli Utara, makanya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) melakukan upaya mencari solusi mengatasi wabah penyakit Babi yang lagi menyebar tiga bulan terakhir,” pungkas Bupati Taput, Nikson Nababan , Sabtu (11/01/2020).
Bupati Tapanuli Utara, Drs Nikson Nababan M.Si juga berharap dan menghimbau kepada semua masyarakat dan para pelaku Peternakan.
“Jaganlah membuang ternak mati, bila ada ternak yang mati kiranya bisa dikubur saja. Takutnya bilamana tidak dikubur, dapat menimbulkan penyakit baru akibat bangkai terbawa lalat kemana mana dan juga terbawa arus angin,” Pinta Bupati Taput, Nikson Nababan.
Bupati Taput, Drs Nikson Nababan M.Si, juga menambahkan, bahwa untuk lebih jelasnya, silahkan tanya ke Kadis Pertanian, Perkebunan dan Peteranakan ya,” Katanya.
Kadis Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Tapanuli Utara, SEY Pasaribu, saat dihubungi via WhatsApp miliknya mengungkapkan, bahwa
wabah yang menyerang ternak B2 saat ini adalah ASF (African Swine Fever) dan belum ditemukan obatnya atau vaksinnya.
Sementara upaya dilakukan adalah, tindakan melakukan sosialisasi dan menghimbau untuk dilaksanakan para peternak Biosekuriti.
“Dengan melalui himbauan sekaligus surat edaran Bupati Tapanuli Utara ke seluruh masyarakat peternak untuk tidak membuang bangkai ternak B2 yang mati ke sungai atau ke sembarang tempat untuk memutus rantai penularan ke ternak B2 yang masih sehat. Kalau ada bangkai B2 dibuang ke sembarang tempat atau ke sungai, disarankan agar aparat Desa dan elemen masyarakat setempat untuk melakukan penguburan, guna untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular (Muntaber/Diare),” Kata SEY Pasaribu Sabtu (11/01/2020).
SEY Pasaribu juga membeberkan, pihaknya telah melakukan penguburan bangkai ternak Babi yang dibuang ke sungai Sigeaon hampir 200 ekor mulai adanya wabah ini sejak akhir September 2019 lalu,” Katanya.
Warga sekitar, yang juga peternak, Boru Hombing juga menyampaikan kekecewaannya kepada orang tidak dikenal, yang dengan sengaja membuang bangkai Babinya dekat pemukiman masyarakat.
” Kami masyarakat dan pelaku peternakan berharap, agar kedepan peristiwa pembuangan bangkai Babi tidak terulang lagi. Dan untuk pelaku pembuangan bangkai Babi secara sembarangan, perlu dilakukan sanksi dan pembinaan, terkait dampak dari membuang bangkai ternak sembarangan. Hal itu tentunya, guna untuk pencegahan pencegahan maupun penanganan pasca kematian ternak babi,” Ujarnya sedikit nada kecewa, Sabtu(11/01/2020).
Pantauan wartawan seputar peristiwa pasca kematian ternak Babi di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bila wabah ini berkepanjangan, dimungkinkan akan menyebabkan krisis ekonomi di Tapanuli Utara dan dampaknya tentu akan merembes ke berbagai sektor lain.
“Selain itu, surat edaran dan himbauan Bupati Taput sebelumnya, sepertinya tidak diindahkan oleh oknum pelaku pembuangan ternak Babi dengan sembarangan. Seperti halnya peristiwa yang diperoleh dari masyarakat inisial SS, bahwa di daerah Desa Huta bulu sekitar minggu lalu, ada oknum orang tidak dikenal (OTK) membuang ternak mati jenis Babi dengan menggunakan Dump Truck tanpa melakukan penguburan. Fakta itu, jelas berbeda dengan pernyataan dan imbauan yang diberikan oleh dinas terkait kepada masyarakat.
Reporter : Juliber Silitonga