Medan  

Cinta Adat Istiadat, P2SRH Medan Gelar Pelatihan Raja Parhata Hutagalung

Ketua Umum P2SRH Kota Medan didampingi pengurus foto bersama instruktur dan peserta

MEDAN | Punguan Pomparan Siraja Hutagalung Boru, Bere, Ibabere (P2SRH) Kota Medan menggelar pelatihan parsinabung dalam rangka meningkatkan pengetahuan tradisi budaya di Aula HKBP Koserna Jl Bunga Wijaya Kesuma Medan, Sabtu (26/4/2025).

Pelatihan calon parhata atau parsinabung diprakarsai Ketua Umum P2SRH Kota Medan, Henry Jhon Hutagalung SE SH MH, dipandu instruktur Ir TP Hutagalung, St Palider Hutagalung, St AM Hutagalung dan Halomoan Hutagalung.

St Ir TP Hutagalung mengatakan tujuan pelatihan adalah memahami tradisi adat budaya Batak Toba, khususnya yang dilaksanakan di Kota Medan

Selain pelestarian adat istiadat, pelatihan parsinabung juga sebagai regenerasi raja parhata, baik sisi kemampuan berbicara maupun kepemimpinan penguasaan adat istiadat.

Di ikuti 33 peserta, terdiri dari utusan Ompu Hutagalung Datu Harean, Ompu Tuan Napitu, Ompu Mata Sapiak Langit, Ompu Datu Sorga, Ompu Sibulung Motung dan Ompu Partombus, St Ir TP Hutagalung memaparkan ringkasan atau garis-garis besar marhata adat Siraja Hutagalung (P2SRH) Kota Medan.

Adapun ulaon adat (pesta) suka cita, seperti pernikahan anak, yaitu Dialap – Jual dan Taruhon – Jual. Dimana pesta Dialap – Jual digelar di tempat parboru (perempuan) dan disebut Sinamot Sitombol.

Sementara, Taruhon – Jual, pesta digelar di pihak pengantin pria Sinamot(mahar) Rambu Pinudun. Selain pernikahan, ada juga mangompoi jabu (memasuki rumah baru), naik sidi dan baptisan.

Kemudian, ulaon habot niroha atau dukacita terdiri beberapa bagian tahapan, yaitu,

  1. Mangido Tangiang, yaitu belum ada anaknya berumahtangga dan acara cukup sederhana (berdoa)
  2. Ulaon Sarimatua, yaitu belum semua anaknya berkeluarga sehingga yang belum berumahtangga masih tanggungan adat orangtua.
  3. Ulaon Saurmatua, yaitu semua anaknya sudah berumahtangga, baik anak lelaki dan perempuan juga sudah mempunyai cucu.
  4. Ulaon Mauli Bulung, yaitu semua anaknya sudah berumahtangga dan bercucu dari anak lelaki dan anak perempuan, bahkan mempunyai cicit. Biasanya adat Mauli Bulung lebih meriah dibandingkan ulaon saur matua. tidak ada keturunannya yang meninggal mendahuluinya serta tidak lagi menerima bantuan tali asi(tumpak)

Menariknya, setelah pemahaman teori, pensiunan pejabat Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Sumatera Utara itu dibantu instruktur St AM Hutagalung, St Palider Hutagalung hingga selanjutnya pelatihan adat, termasuk tahapan dan pengenalan jambar juhut

Dimana jambar juhut (daging hewan) merupakan unsur penting dalam pemahaman generasi muda tentang nilai-nilai budaya adat Batak Toba yang harus dipelihara dan dilestarikan.

Penyerahan piagam sertifikat

Di akhir materi pelatihan, St Ir TP Hutagalung meminta semua pihak saling menghormati perbedaan pandangan dan bila ada kekurangan atau kekeliruan agar saling menjaga nilai – nilai adat istiadat.

“Materi ini hanya panduan atau garis-garis besar pelaksanaan adat. Untuk lebih paham harus aktif mengikuti pesta adat dan inti sari adat adalah kasih, bukan memaksakan kehendak. Sebab pelaksanaan adat berazaskan musyawarah mufakat. Jadi, seorang parsinabung harus rendah hati, bukan egois, maka jadilah teladan dan panutan di tengah masyarakat”kata suami br Sigiro(Ompu Absalom Hutagalung).

Hidupkan Budaya

Sebelumnya, Ketua Umum P2SRH Kota Medan, Henry Jhon Hutagalung mengatakan pentingnya regenerasi parsinabung sebagai wujud keberlangsungan tradisi adat istiadat budaya Batak Toba ci Kota Medan.

Anggota DPRD Medan Fraksi PSI menjelaskan regenerasi memastikan tradisi dan budaya tetap hidup dan berkembang. Lewat pelatihan dan pendidikan akan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan

“Generasi muda marga Hutagalung harus melestarikan adat agar tidak tergerus arus budaya luar. Baik norma – norma kesopanan, kesusilaan, agama dan norma hukum adalah warisan budaya luhur kita Guru Mangaloksa” kata Henry Jhon Hutagalung saat membuka acara pelatihan.

Henry Jhon Hutagalung didampingi pengurus Benny Hutagalung SH dan Robert Hutagalung meminta peran aktif calon parhata atau parsinabung tanpa membedakan status sosial, baik acara suka maupun duka.

“Kedepannya akan kita buat latihan pendalaman lagi agar program ini tetap berkesinambungan sebagaimana tertuang dalam ad/rt P2SRH Kota Medan. Terima kasih juga atas kehadiran peserta dan antusias narasumber” ujarnya mengakhiri sembari penyerahan sertifikat piagam pelatihan.

Sementara, Drs Sanggam Hutagalung selaku penasihat P2SRH Kota Medan menyebutkan paling utama bagi parsinabung adalah menguasai ruang lingkup adat dan menjaga nilai nilai budaya.

“Ketika saudara menjadi parsinabung maka itulah wajah marga Hutagalung. Jika demikian tentulah menjaga marwah. Maka jadilah panutan dan teladan ditengah masyarakat” ujar Sanggam Hutagalung. OM-009