Setelah dikelola PT Arun Natural Gas Liquefaction (NGL) yang merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina, Bandar Udara Malikussaleh Lhokseumawe akhirnya berpindah tangan.
Bandara yang terletak di di Desa Pinto Makmur Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara secara resmi dikelola Kementrian Perhubungan (Kemenhub).
Bandara ini dirancang untuk Bandara Khusus yang difungsikan sebagai sarana transportasi bagi karyawan perusahaan guna kelancaran pembangunan dan pengelolaan Kilang Arun yang menghasilkan gas alam cair.
Pada saat itu Bandara Malikussaleh secara rutin melayani penerbangan charter milik Pelita Air dengan penerbangan perdana pada tahun 1980-an, menggunakan pesawat jenis Beechrhaft, dan Dash 7 dengan rute Medan-Lhokseumawe. Pesawat hanya khusus digunakan oleh karyawan perusahaan PT Arun NGL, namun sejak tahun 2002 penerbangan charter ini berhenti beroperasi.
Dengan alasan keamanan, pada 2003 Bandara Khusus ini mulai melayani penerbangan komersil menggunakan pesawat jenis Boeing 737 Jatayu dengan rute Polonia (Medan)-Malikussaleh (Lhokseumawe) yang masih dikelola oleh PT Arun NGL. Penerbangan ini pun hanya beroperasi selama dua bulan kemudian vakum kembali sampai dengan 2008.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Rembele, Ervinoga Yan Budianto menjelaskan bahwa sejak 2008, Pertamina menyerahkan kepemilikan bandara ini kepada Kementerian Keuangan, dan selanjutnya Kementerian Keuangan menyerahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dengan status Pinjam Pakai.
“Karena kebutuhan jasa transportasi udara mulai meningkat di wilayah Aceh Utara, maka pada 2010 bandara ini kembali dioperasionalkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara untuk melayani penerbangan Maskapai Wing Air menggunakan jenis pesawat ATR 72 dengan rute Kualanamu-Malikussaleh (PP) setiap hari,” kata Yan dalam keterangannya, Rabu (2/1/2019), dilansir detikcom.
Pada 2015 penerbangan bertambah dengan masuknya maskapai Garuda Indonesia dengan jenis pesawat yang sama, dengan jadwal penerbangan setiap hari dan rute yang sama pula. Dari dua operator penerbangan tersebut, realisasi jumlah penumpang cukup baik hingga saat ini dengan tingkat keterisian penumpang antara 80-90 %.