Jasmine Meilani Halim adalah seorang anak muda yang baru baru ini berhasil mengguncangkan budaya dan teknologi melalaui kreativitasnya. Jasmine berhasil membuat sebuah rancangan Museum Ulos Heritage bersama keempat orang timnya.
Sebagai tim leader Jasmine mewakili Universitas Sumtera Utara di Universitas Airlangga sampai mendapatkan medali perunggu atas ide dan rancangan tersebut.
Mahasiswi Teknik Industri USU ini berhasil menggabungkan teknologi dengan unsur budaya yang selama ini orang anggap susah untuk digabungkan. Teknologi sering sekali dikaitkan sebagai sebuah penemuan yang akan menghancurkan dan juga memusnahkan budaya yang sudah ada. Tidak sedikit juga anak muda sekarang yang lebih mementingkan budaya luar dibanding budaya sendiri karena teknologi yang memudahkan kita untuk mengetahui dunia luar.
Banyaknya informasi yang bisa didapatkan melalui teknologi tentunya akan menjadi sebuah ancaman yang dapat membahayakan sebuah budaya, pasalnya trend yang sedang terjadi di luar negeri akan sangat cepat tersampaikan oleh kita.
Salah satunya yaitu trend fashion yang sangat cepat sudah menjadi perbincangan dan sudah mengancam dunia fashion dalam negeri terkhususnya budaya budaya yang memiliki pakaian adat di dalamnya.
Melalui dedikasinya Jasmine bersama timnya membuat sebuah rancangan Museum yang memilki teknologi hologram di dalamnya. Museum Ulos Heritage adalah sebuah Museum yang menampilkan Ulos sebagai sebuah kain adat suku Batak.
Ulos sendiri memiliki banyak jenis dan maknanya. Mulai dari Ulos yang digunakan saat mengunjungi orang yang sedang berduka sampai Ulos yang digunakan untuk menghadiri sebuah pesta perkawinan seseorang.
Ulos selain memiliki makna yang beragam juga memiliki daerah asal yang berbeda beda. Mulai dari Ulos Toba sampai Simalungun yang memiliki motif yang berbeda-beda. Jasmine sendiri sangat mencintai Ulos yang berasal dari Simalungun.
Jangan Tinggalkan Budaya
Museum Ulos Heritage ini bakalan menjadi sebuah kebanggaan bagi suku Batak dimana biasanya Ulos ketika dipamerkan disuatu pameran kebudaayan hanya dipajang di meje meja saja tanpa adanya penjelasan yang bisa membuat orang tertarik. Jasmine melihat sebuah peluang disitu kenapa tidak mengembangkan Ulos sedangkan peminatnya banyak dan memiliki arti yang sangat mendalam bagi beberapa orang.
Jasmine berhasil memecahkan masalah tersebut dengan merancang sebuah Museum Ulos yang akan sangat menarik perhatian masyarakat dari setiap kalangan usia dan budaya.
Museum ini tentu saja akan menampilkan Ulos dari setiap daerah asalnya tidak hanya dari Simalungun saja. Gadis berkelahiran 23 Mei 2003 ini sangat mencintai Ulos yang berasal dari wilayah Simalungun karena motif dari Ulos inilah awal mula Jasmine jatuh cinta terhadap kain khas dari suku Batak ini. Atas kecintaan yang mendalam Jasmine terhadap Ulos dari Simalungun sampai Jasmine sendiri membuat sebuah bisnis yang dia beri nama Malungoen.id yang menjual produk fashion seperti totebag, pouch sampai dompet yang berasal dari kain Ulos. Setiap produk yang ada di Malungoen.id ini Jasmine rancang sendiri dan buat sendiri.
“Kan kuliah Teknik Industri jadi bisala ilmunya sedikit sedikit diimplementasikan kesini,” jawab Jasmine saat ditanya kenapa memilik bisnis yang berbeda dengan jurusannya diperkuliahan.
Menjadi wirausaha sekaligus mahasiswa tidaklah mudah seringkali Jasmine juga berpikir untuk menyerah akan bisnisnya tetapi dia bisa lewati akibat dukungan yang mendalam dari orang terdekatnya seperti orangtuanya dan teman teman dekat di kampusnya sendiri.
Jasmine berpesan terhadap setiap kalangan anak muda untuk tidak meninggalkan budaya asal mereka dan tetap terus mengembangkan setiap hal yang ada di sekitarnya.
“Anak muda harus menjadi jawaban atas permasalahan yang ada disekitarnya dan Anak muda juga tidak boleh terlalu mengikuti budaya luar harus ingat dari mana mereka berasal,” sebutnya.
Dari Museum Ulos Heritage ini Jasmine dan timnya membuka sebuah gerakan untuk anak muda lebih tertarik lagi terhadap budaya dan membuka wawasan kalau misalnya Teknologi dan Budaya adalah sebuah gabungan yang hebat jika bisa menyatukannya.
Penulis : Justin Hutapea, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara