MEDAN | Universitas Sumatera Utara (USU) bersama dengan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumut menggelar Closing Program Matching Fund Kedaireka Stunting di Convention Hall Four Point by Sheraton Medan, Selasa-Rabu (27-28/12).
Ketua Program Maatching Fund Kedaireka stunting, Dr. dr Juliandi Harahap,MA., Sp.KKLP mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan Matching Fund Kedaireka Stunting merupakan sebagai perubahan perilaku.
“Perubahan perilaku ini maknanya bagaimana kita meningkatkan kesadaran dan pengetahuan dari kelompok sasaran. Yang terdiri dari remaja atau calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta keluarga berisiko stunting,” kata Juliandi Harahap sembari mengakui bahwa kegiatan tersebut dihadiri oleh masing-masing perwakilan dari 10 perguruan tinggi di Kabupaten/Kota di Sumut.
Menurutnya bahwa kegiatan tersebut menghasilkan beberapa point penting dalam rangka upaya penurunan angka stunting di Sumut.
“Jadi pada mereka ini sudah kita berikan bentuk-bentuk edukasi, penyuluhan, dengan memanfaatkan modul-modul, kita sebut modul itu namanya modul perubahan perilaku. Ada modul pencegahan stunting pada remaja, ada modul pencegahan dari ibu hamil, modul pencegahan pada ibu menyusui, modul pencegahan stunting pada balita, modul tumbuh kembang balita. Kemudian juga untuk kader, ada modul pelatihan kader, supaya kader ini yang paling ujung untuk mencapai kelompok sasaran,” terangnya lagi.
Juliandi menambahkan ada program DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) dengan Pemanfaatan Pangan Lokal dan MARTABE (Manajemen Risiko Stunting untuk Ciptakan Anak Berkualitas) melalui pendampingan Perguruan Tinggi di Sumut.
“Selain modul perubahan perilaku ada yang kita sebut namanya modul pengelolahan bahan pangan lokal dalam program ini kita sebut namanya (DASHAT) dapur sehat atasi stunting. Ini merupakan adopsi dari program BKKBN, karena BKKBN pada posisi ini adalah mitra kita,” bebernya.
Menurutnya USU sebagai Leader Program Matching Fund Kedaireka Stunting bermitra dengan Perwakilan BKKBN Sumut dan 10 perguruan tinggi yang ada di 10 Kabupaten/Kota di Sumut.
“Jadi mitra antara pengguruan tinggi dengan BKKBN, perguruan tinggi yang terlibat dalam Matching Fund ini leader nya oleh USU dengan mengkoordinir 10 perguruan tinggi lainnya, 10 perguruan tinggi ini akan bekerja di 10 Kabupaten/Kota tadi,” jelasnya.
Ditambahkanya modul tersebut ada 10 berarti lebih kurang ada 10 macam bahan pangan lokal yang bisa diajarkan pada keluarga beresiko stunting sebagai asupan nutrisi khususnya Ibu hamil, Ibu menyusui dan balita.
“Kemudian kedua dengan mereka dilatih ini mungkin bisa menghasilkan suatu produk hingga bisa meningkatkan income keluarga karena bentuk-bentuk modul itu bahan pangan lokal tadi bisa dibuat cookies, Nugget, Abon, Steak dan ini bisa dijadikan punya nilai ekonomis, sehingga ekonomi keluarga tadi bisa meningkat,” terangnya sembari mengakui ada sepuluh bahan pangan lokal yang bisa digunakan. (Red)