Aceh  

Amran Pimpin Upacara HAB Ke-74 Kemenag Aceh Selatan

ACEH SELATAN – Plt Bupati Aceh Selatan, Tgk Amran,pada upacara Hari Amal Bhakti (HAB) yang ke 74 Kementerian Agama Kabupaten Aceh Selatan berlangsung aman dan tertib.

Acara peringatan Hari Amal Bakti ke 74 berlangsung di Halaman Kantor Bupati Lama Jalan Syeuh Abdul Rauf, Gampong Padang Kecamatan Tapaktuan, Jum’at (03/01/2019),  ikut dihadiri unsur Forkopimda dan Sekdakab Aceh Selatan, H.Nasjuddin, SH, MM, serta tamu undangan lainya. 

Tgk Amran pada sambutannya menyampaikan Kementerian Agama dibentuk pada 3 Januari 1946 dengan Menteri Agama pertama Haji Mohammad Rasjidi. Kementerian Agama lahir di tengah kancah revolusi fisik bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan. 

“Sebagai bagian dari perangkat bernegara dan berpemerintahan, Kementerian Agama hadir dalam rangka pelaksanaan pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945,” katanya. 

Sejalan dengan tema Hari Amal Bakti Kementerian Agama tahun 2020 ialah; “Umat Rukun, Indonesia Maju”, saya mengajak seluruh jajaran Kementerian Agama di Pusat dan di Daerah, agar menjadi agen perubahan dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama di Tanah Air. 

Kerukunan antar umat beragama merupakan modal kita bersama untuk membangun negara dan menjaga integrasi nasional. Kementerian Agama hadir untuk melindungi kepentingan agama dan semua pemeluk Agama.

Untuk itu, seluruh jajaran Kementerian Agama harus bisa mengawal dan mengembangkan peran strategis Kementerian Agama secara kontekstual di tengah masyarakat. 

Dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya ditegaskan, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.” Pembangunan jiwa disebut lebih dulu daripada pembangunan raga atau fisik. 

“Tugas utama Kementerian Agama adalah membangun jiwa manusia sebagai landasan terbentuknya mental bernegara yang baik. Meski pembangunan infrastruktur fisik juga dilakukan oleh Kementerian Agama, namun itu dalam rangka menunjang pembangunan jiwa, ” sampai Tgk Amran.

Agama dan Negara saling membutuhkan dan saling mengokohkan untuk kebahagiaan hidup manusia. sambung Amran.

Sejarah dunia sampai abad kedua puluh hanya mengenal dua teori menyangkut hubungan agama dan negara, yaitu “teori integrasi”, penyatuan agama dengan negara, dan “teori sekularisasi”, pemisahan agama dengan negara.

Para founding fathers negara kita dengan bimbingan Allah Yang Maha Kuasa mengenalkan teori alternatif, yaitu “teori, akomodasi” menyangkut hubungan agama dan negara yang belum dikenal saat itu di negara manapun.

“Saya perlu menegaskan disini bahwa penguatan identitas keagamaan dan penguatan identitas kebangsaan tidak boleh dipisahkan, apalagi dipertentangkan, tetapi harus dalam “satu kotak” untuk melahirkan moderasi beragama dan bernegara, ” tutupnya.

Reporter: Yunardi