Ragam  

Bangga ‘Meracuni’ Anak dengan Teknologi

Anak anak diajak mengikuti pengajian akbar di masjid. (Foto/Ist).

Oleh: Karyadi Bakat

MEDAN I Sebait kalimat mashur hingga kini  masih dijadikan petuah oleh banyak kalangan yaitu, “Belajar dari kecil ibarat menulis di atas batu, belajar sesudah besar ibarat  nulis di atas air.”

Sederhana, tetapi jika didalami kalimat tersebut sungguh mengandung cambukan. Nah bagi yang sudah menjalani hidup seperampat abad seharusnya tahu diri.

Dalam petuah lain kita juga pernah mendengar tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.

Berarti belajar segala hal itu tak ada batas dan habisnya, asalkan berguna baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab  itu para orang orang dulu paling disiplin dengan yang namanya ilmu, terutama soal tatakrama yang tujuanya untuk membentuk akhlak.

Begitulah jika seorang anak sejak kecil diberi pendidikan yang baik, niscaya akan terpatri dalam dirinya untuk berprilaku baik. Tau mana yang dilarang dan meninggalkan bila tak perlu.

Salah satu yang selalu ditekankan para orangtua yaitu mengaji. Karena kalimat sederhana tersebut mengandung arti mendalam dan dianggap sebagai wadahnya untuk menggembleng manusia menjadi “tahu diri”, baik untuk dirinya maupun antar manusia lain (hablumminnanas) dan antara dirinya dengan Tuhannya (Hablumminallah).

Jika dibandingkan dengan kondisi saat ini mungkin beda. Bisa dilihat model kehidupan anak anak sekarang yang lebih faham dengan HP-nya dibanding mata pelajaran di sekolah. Para orangtua sekarang lebih bangga merayakan ulang tahun dengan membuat pesta yang sebenarnya tidak perlu dan menghamburkan uang.