Bersama Yayasan Sayap Proyek Indonesia, Namira Purba Giatkan Waste Management

Namira Sinarta Purba salah satu pendiri Yayasan Sayap Proyek Indonesia atau Project Wings Sumatra. (Foto/Ist)

LANGKAT | Rasa khawatir dan miris melihat kondisi alam di sekitarnya yang penuh akan sampah, menjadi pendorong kuat Namira Purba untuk turut terjun dan berkontribusi langsung dalam bentuk giat peduli alam.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama lengkap Namira Sinarta Purba ini adalah salah satu pendiri Yayasan Sayap Proyek Indonesia atau Project Wings Sumatra berlokasi di wilayah tempat tinggalnya di Desa Timbang Jaya, Kabupaten Langkat.

Berawal dari keresahan yang dirasakannya, putri daerah Kabupaten Langkat ini akhirnya mendirikan sebuah organisasi non-pemerintah yang hadir untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.

Melalui Yayasan Sayap Proyek Indonesia, Namira senantiasa menggiatkan program Waste Management (pengelolaan sampah). Salah satu upaya yang dilakukannya adalah dengan menghadirkan ecobrick kepada masyarakat sebagai salah satu metode untuk mengurangi jumlah sampah plastik.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ecobrick merupakan salah satu bahan bangunan ramah lingkungan yang terbuat dari daur ulang botol plastik. Nantinya ecobrick-ecobrick tersebut akan berfungsi sebagai blok bangunan yang kokoh layaknya batu bata.

“Ecobrick ini awalnya kita produksi karena melihat banyaknya sampah botol kemasan air mineral dan plastik-plastik yang ujung-ujungnya berakhir begitu saja di laut. Oleh karena itu, untuk mengurangi hal tersebut, kita berdayakan dan olah kembali sampah plastik menjadi ecobrick,” tuturnya.

Yayasan Sayap Proyek Indonesia dan Namira sendiri telah menggunakan ecobrick untuk pembangunan di lokasi mereka yang terkenal dengan sebutan “World’s Largest Recycling Village” atau desa daur ulang terbesar di dunia.

“Proses produksi ecobrick ini sendiri, kalau di Yayasan Sayap Proyek Indonesia, kita lakukan bersama-sama dengan masyarakat dan sukarelawan mulai dari tahapan awal hingga akhir. Prosesnya dan teknik produksinya sangat sulit, karena itu saya bahagia dan selalu mengapresiasi masyarakat dan sukarelawan yang senantiasa mau membantu dan peduli dengan lingkungan kita,” ucap perempuan yang juga merupakan Duta UMKM Kabupaten Langkat 2023 itu.

Melalui Yayasan Sayap Proyek Indonesia, sampah plastik dan lainnya yang telah diproses menjadi ecobrick siap pakai selanjutnya akan dipasarkan kembali untuk keperluan dana kegiatan sosial lainnya.

“Selain digunakan sendiri di sini (Yayasan Sayap Proyek Indonesia), yaitu sebagai bahan utama pembangunan desa daur ulang, ecobrick juga kita pasarkan lagi ke teman-teman dan masyarakat yang mau membeli. Selain sangat mengurangi sampah yang ada di lingkungan, dana dari penjualan ecobrick itu akan kita gunakan kembali untuk kegiatan-kegiatan sosial pelestarian lingkungan kita,” ujar perempuan berusia 23 tahun ini.

Melihat kondisi lingkungan saat ini, menurut Namira selaku aktivis lingkungan mengaku bahwa pembaruan seperti kehadiran ecobrick sangatlah dibutuhkan guna menjaga kelestarian dan kondisi alam yang mana merupakan tempat tinggal dan sumber utama keberlangsungan hidup manusia.

“Manusia sangat membutuhkan alam, sementara alam tidak membutuhkan manusia. Akan tetapi, justru masih banyak manusia yang tidak peduli bahkan abai dan lupa bahwa mereka membutuhkan alam,” pungkasnya.

(Red/Aqillah Syahza Non/The Influitive Publisher)