BKKBN Sumut dan Anggota Komisi IX DPR RI Gelar Sosialisasi KIE dan Program Bangga Kencana di Simalungun

Foto : Istimewa

SIMALUNGUN | Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara bersama Anggota Komisi IX DPR RI, H. Anshory Siregar, LC kembali menggelar sosialisasi KIE dan Program Bangga Kencana di Desa Marihat Baris, Kecamtan Siantar, Kabupaten Simalungun.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Dra. Rabiatun Adawiyah, MPHR selaku Koordinator Bidang ADPIN BKKBN Sumatera Utara, dan tokoh masyarakat Kabupaten Simalungun.

Dalam materinya Anshory mengajak orangtua untuk mendidik anaknya agar tidak merokok.

Anshory menyebutkan bahwa gaya pergaulan remaja khususnya remaja putra, yang nantinya akan menjadi calon pemimpin keluarga atau calon pengantin (catin), saat ini erat dengan rokok.

Menurutnya, saat ini tak hanya anak SMA yang menjadi perokok aktif, namun juga anak SMP pun telah merokok.

“Merokok itu berbahaya bagi kesehatan dan merupakan pintu berbagai penyimpangan, seperti narkoba, alkohol, pergaulan bebas, hingga begal jadi amat disayangkan jika remaja kita candu akan rokok”, ujarnya saat menyampaikan materi.

Dikatakanya remaja putra apabila sedari dini sudah mengkonsumsi rokok, maka akan susah menghentikan kebiasaan ini karena sifat rokok sendiri adalah candu.

Menurut Kepala BKKBN dalam salah satu Webinar, toxic rokok dapat mempengaruhi prenatal dan postnatal, laki-laki yang melakukan program untuk punya anak, disarankan untuk berhenti merokok selama 70 hari sebelum konsepsi, hal ini karena toxic rokok dapat menurunkan kualitas sperma.

Selain itu, jika dihirup anak berusia 25-29 bulan dapat meningkatkan resiko stunting sebesar 13.49 kali. Selain rokok, stunting juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain.

Koordinator Bidang ADPIN BKKBN Sumut, Rabiatun Adawiyah menerangkan kepada masyarakat beberapa penyebab lain terjadinya stunting, diantaranya adalah asupan gizi yang kurang secara terus menerus dan jangka panjang, ibu hamil atau calon penganting yang tidak sehat, anemia, kekurangan vitamin D, dan kekurangan asam folat, serta pola asuh yang tidak baik itu peluang anaknya stunting jadi lebih besar.

“Selain itu, 4T juga menjadi faktor penyebab stunting. 4T itu adalah hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anaknya. Lingkungan yang buruk seperti sanitasi air kurang baik, minim air bersih, dan jamban yang kurang layak juga menjadi penyebab tidak langsung terjadinya stunting,” ujarnya.

Diharapkan melalui kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya di Desa Marihat Baris tentang pentingnya pencegahan stunting serta faktor yang menyebabkannya, agar keluarga Indonesia dapat menjadi menjadi keluarga yang berkualitas. (Red)