DELI SERDANG | Beternak bebek menjadi salah satu peluang usaha yang menjanjikan. Jenis Bebek lokal, adalah jenis itik yang biasa dipelihara atau diternak untuk mendapatkan daging dan telurnya.
Usaha peternakan, terutama rakyat yang beternak skala kecil, dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan. Hal ini bisa memperkuat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yang pada gilirannya akan memperkuat ketahanan pangan nasional secara keseluruhan.
Salah satu peternak bebek lokal yang terdapat di Desa Sei Krio Kabupaten Deli Serdang telah menjalankan usaha ternaknya selama 3 tahun, dengan memanfaatkan lahan pertanian sawah yang sudah panen sebagai kandang.
Sistem beternak yang dijalankan dua kali dalam setahun, dikarenakan lahan dipakai sebagai usahanya merupakan lahan kosong hanya bisa digunakan sebagai kandang di saat sawah sudah panen yang berlangsung selama 2 kali dalam setahun.
Marfias Tanjung (64) menjalankan usaha ternak bebek dari hasil menabung yang sudah berjalan hampir 3 tahun menceritakan, usaha tersebut sebenarnya sangat menjanjikan. Namun di balik itu semua harus membutuhkan modal yang sangat besar, katanya Senin (27/10/2025) sore.
“Awal nya bibit bebek yang menetas pagi hari malamnya kita beli dan diantar. Usia bibit bebek dari netas hingga 22 hari diberikan pakan ternak berupa pelet, selanjut dari usia 23 hari sampai hari penjualan berkisar 2 bulan setengah bebek cari makan sendiri dengan cara diangon,” terangnya.
Untung Menggiurkan
Bibit bebek lokal ia peroleh dari Kota Binjai maupun Perbaungan dengan harga pembelian Rp9.300 per ekornya.
“Untuk bibit bebek saya peroleh dari penyalur seperti di Binjai maupun Perbaungan. Usaha ternak ini sudah berjalan tiga tahun dengan modal awal 500 ekor berkembang menjadi 1.500 ekor. Dengan rincian hemat hingga sekarang mencapai 2 100 ekor. Sedangkan yang 315 ekor khusus petelur saya kandangkan di tuntungan,” ucapnya.
Sementara untuk pendistribusian ia melakukan dengan cara dijemput oleh agen yang mengambilnya.
“Ada agen yang datang mengambil seperti dari Kota Binjai dan Provinsi Aceh dengan harga per ekornya Rp 42.000 sedangkan bibit kita beli di harga Rp9.300. Bebek yang siap jual berusia 2 bulan setengah dengan berat 1,3 Kg ada yang mecapai berat 1,5 kg hingga 1,7 kg,” ungkapnya.
Ia menambahkan, usaha ternak bebek suatu hal yang menjanjikan. “Sebenarnya usaha ini sudah berjalan 3 tahun, namun terbentur dengan dana modal. Jadi hitungannya jumlah bebek 2000-an ekor menelan biaya Rp40.000.000, jadi kalaupun selamat terjual 2100 ekor, kita minimkan yang mati 200 jadi 1900 di kali rata-rata Rp42.000/ekor, untungnya sangat menggiurkan memang,” jelasnya.
Bapak Marfias memiliki 6 orang anak, untuk menghidupi keluarga keseharian berdagang es tebu. Dari hasil penjualan es tebu lah ia mampu mengumpulkan uang untuk modal usaha ternak bebek. Ia juga berharap adanya bantuan dari pihak terkait baik pemerintah dalam menjalankan usaha ternaknya.
“Ya namanya usaha merintis, namun jika ada bantuan pemerintah sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo untuk membantu usaha kecil menengah kita sangat mengharapkan sekali bantuan itu,” pungkasnya. (OM/011)







