Proyek Drainase Rp18M Dinas Binamarga Sumut Diduga Penyebab Banjir

MEDAN – Pemeliharaan berkala jalan provinsi SP Jl Dr Mansyur – SP JL Flamboyan yang ditampung sumber dana APBD Provinsi Sumatera Utara TA 2019 dengan nilai kontrak Rp 18.388.199.815, mendapat sorotan dari berbagai kalangan masyarakat Kota Medan.

Proyek yang dimenangkan PT Pollung Karya Abadi dengan nomor kontrak : 620/UPTJJ/DBMBK/1655/2019 diduga menjadi penyebab banjir disejumlah ruas Jalan Setiabudi sampai simpang pemda Jalan Flamboyan Raya digenangi air karena turun hujan, Selasa(17/12/2019) sekitar pukul 21.00-23.59WIB sehingga merendam sebagian rumah warga.

Akibat lambatnya  pekerjaan pengecoran diatas drainase dan trotoar yang tak kunjung selesai meski pengerjaan proyek sudah dimulai  bulan oktober 2019 lalu, cukup lama belum selesai.  

Akhirnya, proyek Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Pemprov Sumut itu mendapat reaksi dan kritik masyarakat setempat, Anto (48) warga sekitar dilokasi proyek mengaku sangat kesal dengan pembangunan trotoar yang dianggap kurang tepat sasaran, selain pengerjaannya cukup lama juga dinilai akan menghamburkan uang negara. 

” Pengerjaan ini bukan kami harapkan. Seharusnya saluran drainase diperbaiki dulu tidak menjadi genangan saat hujan deras. Kalau ada cor beton diatas drainase maka akan berdampak buruk pada perawatan saluran berikutnya,” ujar Anto didepan toko miliknya. 

Hal yang sama juga disampaikan, Yusi, janda berusia (45) itu mengaku cukup pasrah sebab takut jika mengkritik kinerja pemerintah meskipun salah. 

” Cukup diam saja, meskipun kita tahu kegiatan atau pembangunan itu ada yang menyalahi bagusan pasrah, rakyat kecil tidak berani berbuat, takutlah lihat zaman sekarang ini serba payah mengkritik.” kata Yusi, pedagang sate. 

Kemudian, Whisel (53) warga sekitar juga sangat menyayangkan kinerja pihak rekanan yang dinilai asal jadi. Dan bahkan Pembangunan itu diduga tanpa kajian kemamfaatannya. Padahal,   drainase sistem bongkar pasang sebelumnya sangat membantu masyarakat dan pemerintah jika terjadi penyumbatan sampah atau lainnya.

“Kalau pembangunan ini permanen sehingga pembersihannya nanti harus pakai biaya besar karena lobang kontrol paritnya jauh. Kami melihat lebih baik yang sitem bongkar pasang saja, lebih efisien. Jika dilihat dari pengerjaannya hanya ditempel cornya. kalau saya melihat ini masih amburadul ” kata Whisel, merasa jenggel. 

Sementara Kepala DBMBK Pemprov Sumut Efendi Pohan ketika dikonfirmasi dikantor Gubsu terkait kinerja pemeliharaan berkala jalan provinsi SP Jl Dr Mansyur – SP JL Flamboyan dengan satker Unit Pelaksanaan Teknis Jalan dan Jembatan Medan diduga proyek asal jadi dan minim pengawasan dari pihaknya sehingga pekerjaan tampak amburadul. 

Efendi Pohan sebagai kepala DBMBK saat menjawab konfirmasi  Harian Orbit, Ia berupaya  melempar jawaban. Efendi  seolah tak ada pada pekerjaan tersebut. Namun, mimik wajahnya mulai geram setelah  melihat foto banjir pada ruas jalan yang disuguhkan wartawan Orbit.

” Dalam aturannya, material bongkaran lama harus diangkut secepatnya sehingga tidak mengganggu kegiatan masyarakat maupun pengguna jalan  lainnya,” ujar Efendi sebelum menghadiri pertemuan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) menerima kunjungan kerja (Kunker) Komisi IX DPR RI dalam rangka reses, di Ruang Rapat Kaharuddin Nasution, Lantai 8, Kantor Gubernur,  Medan, Rabu (18/12/209).

Ia menjelaskan belum ada kendala dilapangan. Cuma pihaknya  harus kordinasi dengan Pemko Medan tentang beberapa izin, termasuk penebangan pohon dan kepada masyarakat.

” Kita sudah kordinasi dengan pihak Pemko Medan dan kelurahan maupun kecamatan agar penebangan pohon terealisasi cepat, karena sebagian warga ada yang keberatan saat pekerjaan berlangsung,” ungkapnya.

Mirisnya, Efendi, tidak merincikan secara detail sehingga pekerjaan itu agak terlambat sehingga pekerjaan tersebut terkesan diburu-buru atau dipaksakan selesai. Padahal jelas bulan desember itu adalah musim penghujan hampir setiap tahun. 

” Jadi, masalah teknisnya, maupun bagaimana proges pekerjaan itu agak terlambat,  tanya sama kuasa pengguna anggaran (KPA) biar lebih jelas ya,” sebut Pohan. 

Namun, saat disinggung pekerjaan saat pengaspalan dengan kondisi lokasi basah karena baru digenangi banjir,  Efendi seolah tak mau pikir panjang dan berupaya mengelak menjelaskan teknis standarisasi pengaspalan. 

Sebelumnya, pantauan Orbitdigitaldaily.com, Rabu(18/12/2019) sekitar pukul 00.03 WIB tampak ruas Jalan Setiabudi digenangi air sampai rumah warga. Disisi lain truk pengangkut aspal hotmix berbaris parkir rapi menanti air surut sebelum di hampar. 

Penyempitan drainase diduga penyebab bajir karena tak mampu menampung debit air sehingga meluber sampai ke jalan raya, belum lagi pengecoran diatas drainase akan memperburuk kondisi parit.

Dan bahkan pekerjaan trotoar serta material proyek berserakan di badan jalan sangat mengganggu masyarakat pengguna jalan maupun kendaraan yang melintas sehingga berdampak kemacetan yang luar biasa atau kecelakaan lalulintas.

Reporter : Toni Hutagalung