MEDAN – Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan Prof Dr Syahrin Harahap MA menegaskan, Sumatera Utara (Sumut) dalam lintas sejarah hingga sekarang mempunyai tradisi kerukunan yang tidak bisa terbantahkan. Kerukunan umat, toleransi, dan moderasi telah lama dipraktikkan di provinsi tersebut.
Demikian dijelaskannya dalam paparannya pada seminar moderasi beragama yang digelar Rumah Moderasi Beragama UINSU di Kampus IV Tuntungan, Medan, Selasa (14/6/2022).
Seminar itu dirangkai dengan pelucuran logo baru UINSU Medan dan logo 50 tahun kampus Islam negeri terbesar di Sumut itu.
Seminar moderasi beragama mengangkat tema ‘Kontribusi kearifan lokal dalam membangun moderasi beragama di Indonesia’ dihadiri berbagai tokoh Sumut, pimpinan Forkopimda setempat, pimpinan Kementerian Agama, pimpinan Kanwil Kemenag Sumut, tokoh agama, dan sejumlah narasumber.
Prof Syahrin menyampaikan, UINSU lahir pada 1974 di tengah masyarakat yang sangat pluralis saat itu. Jadi salah satu bentuk pergerakan keberadaannya adalah moderasi yakni dengan jalan tengah atau wasathiyah.
“UINSU berdiri dengan mempertimbangkan keragaman di masyarakat,” ujar Prof Syahrin.
Ia menegaskan, Sumut punya tradisi agung yakni moderasi beragama sejak dulu. Kerukunan dan moderasi sudah dikembangkan sejak lama di daerah ini dan hal itu banyak dicontohkan oleh para pemimpin masa lalu.
Di antaranya moderasi dicontohkan oleh Kesultanan Deli dengan moderasi yang luar biasa. Hal itu ditandai dengan tidak ada orang yang terhambat masuk ke Deli atau Medan kala itu karena persoalan agama.