Tak Tahan ‘Dihantam’ Pandemi, Grab Tawarkan Cuti Tanpa Gaji ke Karyawan

Mitra driver Grab di masa Pandemi Covid-19. (lustrasi)

JAKARTA – Perusahaan transportasi on demand Grab menyatakan telah memberikan tawaran kepada karyawan mereka untuk mengambil cuti tanpa dibayar hingga mengurangi waktu kerja lantaran perusahaan tengah terpukul dampak pandemi virus corona (Covid-19).

Dalam keterangan tertulisnya yang dikutip dari Techinasia, Jumat (1/5/2020), perusahaan yang berbasis di Singapura itu menyatakan langkah tersebut untuk mengantisipasi dampak jangka panjang dari pandemi serta resesi ekonomi yang mengikuti.

“Terdapat banyak ketidakpastian mengenai seberapa dalam dan durasi dari pandemi ini dan kami tidak tahu akan berapa lama resesi ekonomi akan terjadi. Kami mengambil langkah aktif untuk menghemat kas dan serta tetap mampu mengelola karyawan kami,” ujar salah satu decacorn tersebut.

Grab mengatakan, telah membuka opsi untuk seluruh tim dengan kapasitas berlebih. Karyawan dapat mengambil berbagai opsi tersebut secara sukarela.

Tak Lagi Dukungan Finansial ke Pengemudi

Head of Transport Grab Singapura Andrew Chan mengatakan dalam sebuah surat, perusahaan mungkin tak lagi memberi dukungan finansial tambahan kepada pengemudi jika pemerintah setempat memutuskan untuk memperpanjang pembatasan lebih dari 1 Juni.

Sebelumnya, Grab menyatakan bakal menggelontorkan 40 juta dollar AS untuk memberikan kelonggaran finansial kepada mitra pengemudi dan merchant yang terdampak pandemi.

“Tidak ada yag pernah tahu kapan situasi ini akan berakhir, namun kami mempersiapkan untuk langkah jangka panjang sekaligus sulit,” ujar Chan.

“Seiring dengan terus turunnya pendapatan kami, para pimpinan Grab telah mengambil langkah pemangkasan gaji hingga 20 persen, dan karyawan Grab telah didorong untuk mengambil unpaid leave secara sukarela,” jelas dia.

Berdasarkan hasil survei dari perusahaan asuransi Aon, sebanyak 21 persen perusahaan di Singapura telah mempertimbangkan untuk meminta karyawannya mengambil cuti tanpa dibayar baik secara sukarela maupun tidak.

Sebelumnya, CEO sekaligus pendiri Grab, Anthony Tan sempat mengatakan perusahaan akan mengambil keputusan sulit jika melihat dampak pandemi terhadap bisnis perusahaan.

Dia mengatakan, Grab telah dihadapkan pada penurunan pendapatan yang tajam di beberapa kota dan negara yang menerapkan pembatasan aktivitas secara masif.

Di Singapura sendiri, pemerintah setempat telah meminta masyarakat untuk beraktivitas di rumah sebanyak mungkin hingga 1 Juni tahun ini.

Kebijakan tersebut melarang berbagai aktivitas di luar rumah kecuali membeli kebutuhan dasar seperti makanan serta utuk memenuhi kebutuhan kesehatan darurat.

Sumber: Kompas.com