MEDAN-Ajari Aku Islam sebuah judul film yang mengisahkan kisah percintaan dua insan berbeda etnis dan agama yang diperankan oleh Roger Danuarta dan Cut Meyriska segera rilis 17 Oktober mendatang.
Memproduseri film ini, Jayme Rianto mengatakan film ini bakal menjadi film mencitrakan Kota Medan. Kebetulan, memang Jayme merupakan seorang pemuda yang lahir di Medan.
“Jadi Film Ajari Aku Islam ini tak sekedar mengisahkan soal cinta saja, ada hal yang lebih dari itu. Saya sebagai orang Medan ingin menampilkan ikon-ikon yang ada di Kota Medan. Apalagi seperti kita ketahui belum ada yang memulai itu,” ujar Jayme kepada orbitdigitaldaily.com di salahsatu kafe di Jalan Sei Batanghari, Medan kemarin.
Disutradarai Deni Pusung, film ini juga diperankan sejumlah aktris kawan, diantaranya Shinta Naomi eks JKT48, Miqdad Addausy, Asrul.
Meski sebagai seorang sineas pemula, Jayme yakin film yang didanainya itu bakal booming. Dibesut bersama rumah produksi RA Pictures milik Raffi Ahmad, Ajari Aku Islam sejati bakal diputar di dua Negara, Indonesia dan Malaysia.
“Saya targetkan 2 juta penonton di dua negara. Sementara untuk Medan kita target 100 ribu penonton mulanya. Begitupun mengingat jumlah bioskop di Medan juga tidak begitu banyak, tidak muluk-muluk saya target 50 ribu,” kata Jayme berkeyakinan.
Ditanya kenapa memilih genre kisah cinta berbalut religi, Jayme mengaku mulanya malah ingin membuat film horror.
Namun, atas dasar sejumlah pertimbangan niatan itu ia urungkan. “Jadi akhirnya Ajari Aku Islam ini lah yang saya buat,” terangnya.
Syuting film ini diketahui menelan angka yang tak sedikit, kuranglebih Rp9 miliar Jayme merogoh kocek.
“Untuk standarnya film itu belasan miliar ya (biaya produksi). Tapi untuk film ini tidak sampai segitu, ya di bawah Rp9 miliar, lah. Karena kita tidak ada memakai efek CGI (Computer Generated Imagery),” terangnya.
Dalam film ini Jayme mengangkat heritage seperti Masjid Raya Al Mashun, Istana Maimoon, Lapangan Merdeka dan Kota Tua Kesawan sebagai lokasi syuting.
Terakhir, pria yang lahir dan besar di Medan ini mengatakan film ini menyampaikan pesan moral yang kemungkinan banyak dialami pasangan di Indonesia.
“Seperti saya terangkan tadi, ini kisah dua insan berbeda suku, ras dan agama. Inilah yang ingin kita sampaikan dalam film ini, selain kisah cintanya, kita ingin menunjukkan perbedaan itu bukanlah pemisah melainkan jembatan penyatu,” ungkapnya.
“Saya ingin melalui film ini semakin mengikat tali persaudaraan kita, bangsa yang multi etnis dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika,” tutupnya. (Diva Suwanda)