Aceh  

Kisah ‘Hope’ si Orangutan Betina di Aceh yang Mengiris Hati, Tubuh Penuh Sayatan dan Peluru

Kondisi Hope, orangutan betina di Subulussalam amat memprihatinkan. Bagaimana tidak, berdasarkan hasil pemeriksaan di Pusat Karantina Orang Utan, Hope menjadi korban penyiksaan orang-orang tak bertanggungjawab.

Hope hanya memiliki berat badan 35,68 Kg, kondisi rambut kusam dan kulit bersisik dengan dehidrasi lebih 10 %. Selain itu, bagian mulutnya terlihat bengkak bekas luka dan memar.

Mirisnya, Hope yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun itu mengalami penyiksaan parah. Di sekujur tubuhnya bersarang 74 butir peluru, serta tangan dan kaki penuh luka sayatan.

“Induk orang utan Sumatera berusia sekitar 30 tahun tersebut diberi nama Hope yang berarti ‘harapan’, dengan harapan Hope bisa pulih dan bisa mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo kepada wartawan, Rabu (13/3/2019).

Menurut Sapto, mata kanan Hope yang bengkak sudah mengalami kerusakan permanen dan diperkirakan kemungkinan kerusakan terjadi lebih dari 2-3 bulan lalu. Selain itu mata kiri Hope rusak, dengan pendarahan di bagian kornea dan pupil, diakibatkan tembakan 3 butir peluru senapan angin.

Disekujur tubuhnya juga terdapat luka lebam terutama bagian kedua tangan serta luka sayatan terbuka di beberapa bagian. Detail luka-lukanya antara lain, tangan kanan dengan lebar luka 10 cm, tepi luka rata, tangan kiri luka di bagian jari-jari dengan lebar luka 2-3 cm, tepi luka rata, kaki kanan luka terbuka di bagian paha atas dengan lebar luka 10 cm.

Luka terlihat seperti luka sayatan benda tajam, telapak kaki kanan luka terbuka, yang mengakibatkan kerusakan di bagian tendon, dengan lebar luka 5 cm namun luka cukup dalam, kaki kiri luka selebar 4 cm dengan kedalaman 1 cm di daerah ruas jari telunjuk, dan luka di bagian bahu kiri dengan lebar luka 1 cm, namun cukup dalam (dengan kedalaman lebih dari 10 cm mengenai tulang).

“Hasil pemeriksaan dengan X-ray, ditemukan peluru senapan angin sebanyak 74 butir yang tersebar di seluruh badan,patah tulang Clavicula kiriter buka, dalam artian tulang mencuat keluar dari kulit. Selain itu juga tulang pelvis kiri retak dengan keretakan kurang lebih 2 cm,” jelas Sapto.

Evakuasi terhadap orang utan itu dilakukan di perkebunan sawit milik warga di Desa Bunga Tanjung Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam, Aceh. Proses evakuasi itu berawal dari laporan warga terkait konflik satwa dilindungi tersebut dengan masyarakat setempat.

Petugas BKSDA datang dan memantau keberadan orang utan. Setelah dilakukan pencarian, Hope ditemukan di atas pohon nangka serta sarang dan bekas makanan seperti pelepah daun sawit dan daun kelapa.

“Orang utan terisolasi di kebun sawit milik seorang warga. Menurut warga setempat orangutan tersebut dalam kondisi kurang sehat bahkan pengakuan anak-anak sekitar areal kejadian orang utan tersebut sudah terkena alat dodos kelapa sawit bahkan anak orang utan tersebut sempat diambil dari induknya,” ungkap Sapto.

Proses evakuasi akhirnya dilakukan tim BKSDA pada Senin (11/3) kemarin. Tim dikerahkan ke lokasi untuk melakukan pemantauan.  Setelah mengetahui posisi dan kondisi satwa tersebut, tim BKSDA bersama OIC dan WCS melakukan upaya evakuasi.

“OU kemudian dibawa ke pusat rehabilitasi Sibolangit di Sumatera Utara. Tapi bayinya tidak dapat diselamatkan,” jelas Sapto.

sumber: detikcom