Bertani di Perkotaan, Walau Lahan Terbatas Tapi Menjanjikan

Sariadi saat memanen hasil taninya berupa sayuran kacang panjang di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia, Medan. Kamis (31/10/2025). Orbitdigital/ iwan

MEDAN | Wilayah perkotaan menjadi pusat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa, pemerintahan, serta kegiatan ekonomi seperti industri dan perdagangan.

Namun begitu, keterbatasan lahan di wilayah perkotaan tidak menyurutkan Sariadi (52), salah satu  petani kota, dengan memanfaatkan halaman belakang rumah menjadi lahan pertanian sederhana.

Ia mengaku bertani di lahan sempit dikarenakan himpitan ekonomi pascaterkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan mengisi kekosongan di hari tuanya.

“Sehabis di PHK saya manfaatkanlah lahan sempit ini untuk dijadikan pemasukan,” ujar Sariadi  Kamis (30/10/2025) di Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumateta Utara.

Ia menambahkan usaha tani yang dijalankannya dengan menanam kacang panjang dan berencana kedepannya  menanam cabai rawit caplak di musim tanam berikutnya.

“Kalau kacang panjang umurnya cuma 2 bulan, dan ini rencananya mau ditanami cabai rawit caplak di pinggirannya,” ucapnya.

Dalam menjalankan usaha pertaniannya ia mendapatkan tantangan dan kendala selama bertani di lahan sempit, seperti permodalan, pupuk yang mahal hingga tanamannya yang sering diserang hama.

“Beberapa bulan lalu itu sudah panen cabai merah, pas lagi tinggi-tingginya harga, setelah itu diserang hama ulat,” ujarnya.

Sariadi juga mengaku  hasil dari tani dapat mencukupi kebutuhan harian keluarga.

“Kalau ditotal total, sudah menghasilkan panen sebesar Rp4.000.000 untuk kacang panjang ini, cukuplah untuk kebutuhan harian,” pungkasnya. (OM/011)