Jembatan Gantung Siundol Dolok Butuh Perhatian

Jembatan gantung yang rusak sejak tahun 2016 butuh perhatian pemerintah setempat. (orbitdigitaldaily.com/Firdaus Hasibuan)

PALAS – Anggota DPRD Palas yang berasal Dapil II asal pemilihan Lubuk Barumun, Ulu Barumun, H. Lokot Nasution, H. Puli Partisan Lubis bakal mengusulkan pembangunan jembatan gantung Desa Siundol Dolok, Kecamatan Sosopan Kabupaten Padang Lawas (Palas).

Sungai ini membentang di atas Sungai Uluaer namun kini kondisinya memprihatinkan, rusak dihantam banjir tahun 2016. Luput dari perhatian masyarakat.

“Saya heran tidak pernah ada perhatian pemerintah. Padahal kami warga sekitar sangat memerlukan,”kata Lokot Nasution kepada orbitdigitaldaily.com, Rabu (5/2/2020).

Lokot menyebut, dirinya bersama masyarakat akan memperjuagkan pembangunan jembatan tersebut.

“Kami beserta masyarakat sudah sama-sama sepakat akan memperjuangkan pembangunan jembatan gantung itu. Dan diupayakan agar bisa dibangun dalam tahun ini. Jika tidak memungkin setidaknya di tahun 2021 bisa dibangun kembali,” kata mereka.

Demikian menurut keterangan sejumlah warga desa Siundol Dolok bahwa Titi gantung Desa Siundol Dolok yang dibangun tahun 2013 hanya beberapa tahun bertahan.

Hal itu diamini Kepala Desa Siundol Dolok, Dogoran Hasibuan, jembatan gantung itu tidak hanya dilalui masyarakat desa Siundol Dolok, tetapi juga masyarakat desa Siundol Julu.

Apalagi sebagian besar masyarakat Desa Siundol Dolok yang penduduknya 700 Kepala keluarga (KK) dan desa Siundol Julu mencapai 300 KK terpaksa melintasi titi gantung ke lahan usaha pertanian mereka.

Salahseorang warga lainnya, Kuddin Marbun dan Gabean Hasibuan, juga Ragol Hasibuan, ketua kelompok tani (Koptan) Desa Siundol Dolok bahwa setelah rusaknya jembatan gantung itu, benar-benar sangat menyulitkan warga.

Karena sebagian besar lahan usaha pertanian masyarakat kedua desa tersebut berada di seberang sungai Uluaer dan terpaksa melintasi jembatan gantung untuk memudahkan pengangkutan hasil tani masyarakat.

Dimana ada sekitar 40 hektar lahan persawahan, 500 Ha kebun karet masyarakat serta sekitar 300 Ha tanam kelapa sawit.

Tetapi sedihnya ketika musim hujan tiba dan air sungai Uluaer meluap, warga tidak bisa mengeluarkan hasil produksi pertanian mereka. “Terlebih buah kelapa sawit warga sering membusuk,” pungkasnya.

Reporter: Firdaus Hasibuan