Ragam  

Pak Yunus, Pengrajin Gerabah yang Menolak Punah di Tengah Gempuran Industri

MEDAN | Gerabah adalah berupa benda yang digunakan sebagai alat keperluan rumah tangga juga sebagai hiasan yang terbuat dari tanah liat.

Proses pengerjaannya melalui tahap yang membutuhkan waktu lama dan sangat berpengaruh dengan panas matahari. Awal prosesnya, tanah liat dibentuk lalu dijemur kemudian dibakar usai itu dilakukan penghalusan. Hingga menjadi alat-alat rumah tangga, seperti tempat bunga, wadah penyimpan air atau alat dapur.

Kerajinan gerabah sudah ada sajak zaman prasejarah, hal tersebut menjadi salah satu peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah dan fungsi kegunaan maupun estetika. 

Digunakan langsung untuk kebutuhan sehari-hari, seperti wadah air (kendi), tempat memasak (belanga, cobek), atau penyimpanan makanan.Selain untuk kegunaan, gerabah juga memiliki fungsi estetika atau hiasan. 

Muhammad Yunus Nasution (65) salah satu pengerajin gerabah yang berlokasi di Jalan Sakti Lubis Gg Stasiun Kota Medan. Menceritakan singkat awal mula usaha yang ia geluti selama puluhan tahun. Jum’at (10/10/2025).

“Usaha ini sudah ada puluhan tahunlah, untuk proses pengerjaan tanah liatnya kita beli, dulu harganya Rp.30.000,-. Sekarang harga sudah Rp.1.000.000,  dan pemasaran pun semakin sulit karena kebutuhannya semakin berkurang. Saat dahulu mau lebaran gerabah banyak di cari orang sekarang sudah tidak lagi. Namun di tahun baru permintaan gerabah terkadang meningkat buat peziarah” ungkapnya.

Untuk bahan baku pak Yunus mendapatkan dari daerah Tanjung Morawa. Namun tanah liat yang mereka jual di dapat kan dari Lubuk pakam hingga perbaungan.

Bahan pembuatan Gerabah merupakan tanah yang sudah diolah melalui mesin dengan tekstur lembut dan sedikit kandungan pasir serta tidak bercampur batu.

Untuk jenis tanah liat yang baik didapat dari sawah. Jika tanah liat terdapat kandungan batu proses pembuatan akan gagal. Gerabah akan sulit di bentuk.

Gerabah yang dihasilkan perhari bisa mencapi 50 hingga 100 tergantung model

“Jika bentuk gerabah yang biasa bisa mencapai 100 perharinya ya…sangat bergantung panas matahari lah. Jika sudah mengering dan gerabah mulai berwarna putih barulah di bakar usai dibakar, dilakukan penghalusan dengan kertas pasir kemudian di cat.” ungkapnya.

Harga tanah liat satu mobil pickup bekisar 1 jutaan bisa menghasilkan seribu gerabah. Sedangkan harga persatu nya dari mulai Rp.15.000 tergantung model dan ukuran.

“Saat ini harga cat pun mulai mahal dulunya hanya Rp.30.000, sekarang sudah Rp.80.000 lain lagi untuk harga pernisnya.” ucapnya.

Harapan ke Depan Mengikuti Zaman

Usaha rumahan pak yunus dulunya sempat mendapatkan bantuan berupa pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Harapan kedepan mengikuti zaman sajalah dulu sempat mendapat bantuan dari pemerintah yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR). Saat itu sangat membantu lah…menghidupi keluarga saya.” pungkasnya. (OM/011)