Polres Labuhanbatu Bentuk Satgas Trauma Healing

Kapolres Labuhanbatu AKBP James H Hutajulu foto bersama OPD Kabupaten Labuhanbatu Utara usai terbentuknya Satgas trauma healing. (Foto/Ist)

LABUHANBATU | Terkait adanya peristiwa kekerasan bahkan pencabulan yang dialami anak-anak pelajar yang masih dibawah umur, Polres Labuhanbatu membentuk satuan tugas (Satgas) trauma healing.

Dalam rapat tersebut, Satgas trauma healing telah terbentuk dengan 12 orang petugas, yang nantinya petugas itu akan menjalankan serangkaian tindakan efektif mengatasi peristiwa yang menyebabkan trauma atau suatu proses pemberian bantuan berupa penyembuhan gangguan psikologis.

“Misalnya, seperti kecemasan, panik, hilangnya rasa percaya diri dan gangguan lainnya karena lemahnya ketahanan fungsi mental yang dimiliki individu,” terang Kapolres Labuhanbatu, AKBP James H Hutajulu didampingi Kasat Reskrim AKP Rusdi Marzuki dan Kasubsi PID M Iptu Arwin, Kamis (1/6/2023).

Kapolres Labuhanbatu berkeinginan, Satgas trauma healing dapat mewujudkannya dengan cara memberikan hiburan kepada warga setempat, khususnya anak-anak agar trauma pasca peristiwa yang dialami, dapat terobati hingga tidak merasa takut beraktivitas secara normal.

Selain itu, juga bertujuan mengembalikan keceriaan anak-anak. Sehingga, apa yang telah dialami sebelumnya, menjadi terlupakan. Sebab, korban memungkinkan akan menjalani masa sulit akibat tertimpa musibah.

“Korban biasanya cenderung akan dihantui rasa cemas berlebihan, apabila bencana tersebut datang kembali. Nah, Satgas dapat menjadi langkah rehabilitasi bagi korban untuk menyembuhkan diri dari tragedi memilukan,” ungkap James Hutajulu.

Kedepannya, sambung Kapolres, saytgas trauma healing yang baru saja dibentuk oleh Polres Labuhanbatu, mampu mengalihkan pikiran buruk terhadap bencana agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

Pembentukan Satgas trauma healing tersebut dilaksanakan di lobby Polres Labuhanbatu yang dihadiri OPD Pemkab Labuhanbatu Utara (Labura) dan personel kepolisian Polres Labuhanbatu.

Diketahui sebelumnya, dua peristiwa kekerasan dan pencabulan dialami puluhan pelajar di Labura. Adapun pelakunya adalah oknum kepala sekolah MDTA yang telah 22 kali mencabuli 9 pelajar serta oknum guru yang juga pengasuh di SMP-IT Kecamatan Kualuh Selatan yang telah 37 kali mencabuli 12 siswanya sendiri.

Reporter : Robert Simatupang