Acara wisuda kelulusan merupakan momen berharga bagi seseorang setelah menempuh pendidikan. Bagi sebagian orang, wisuda termasuk momen terbaik yang tak akan dilupakan.
Terlebih bagi orangtua yang sudah bersusah payah menyekolahkan sang anak hingga ke perguruan tinggi. Tentu ada rasa bangga lantaran berhasil memberikan pendidikan terbaik bagi sang anak.
Namun wisuda, bagi Bukhari (57) tak hanya membanggakan, tetapi juga menyedihkan. Hal itu lantaran Rina Muharami yang seharusnya menghadiri wisuda justru telah berpulang ke Rahmatullah. Putrinya itu berpulang sebelum sempat mengenakan atribut wisuda.
Rina sejatinya ikut dalam barisan wisudawan dan wisudawati saat acara wisuda yang digelar Universitas Islam Negeri (UIN) Arraniry Banda Aceh, Rabu, 27 Februari 2019. Namun, Rina meninggal dunia tepat sehari setelah ia menyelesaikan sidang skripsi pada 4 Februari lalu.
Anak pertama pasangan Bukhari-Nur Bayani itu meninggal karena penyakit asam lambung yang dideritanya. Mahasiswi Prodi Kimia, Fakultas Tarbiyah itu meninggal pada 5 Februari 2019, setelah sempat dibawa ke rumah sakit.
“Pulang sidang almarhum masuk rumah sakit. Kabarnya, asam lambungnya meningkat tinggi. Malam sakit, besoknya meninggal. Pada 24 Januari dia juga sempat koma,” ujar bagian akademik juga salah seorang panitia wisuda UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Saiful Efendi Rabu malam (27/2/2019), dilansir Liputan6.
Bukhari tidak pernah menyangka, kiranya dia yang akan mewakili putrinya menjadi sarjana. Seperti kebanyakan orangtua yang menghadiri acara wisuda anak mereka, Bukhari tampak rapi mengenakan kemeja berhias peci hitam saat menghadiri wisuda anaknya.
Suasana mulai haru saat Bukhari naik ke atas podium setelah nama anaknya dipanggil melalui pengeras suara. Dia tidak dapat menyembunyikan kesedihan dari raut mukanya, terlebih, saat Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin memeluk pria yang kesehariannya bekerja sebagai petani itu.
Tak ada sujud simpuh atau peluk haru yang diterima Bukhari seperti yang sering dilakukan seorang anak kepada orangtuanya dalam acara wisuda. Hanya sebuah map berisi surat keterangan lulus (SKL) menggantikan semua itu.
“Itu (SKL, red) nanti kita simpan sebagai kenang-kenangan karena dari awal saya sudah menguliahkan almarhum. Seharusnya, dia yang pertama mendapat gelar sarjana di keluarga,” ujar Bukhari.
Sebagai wujud rasa syukur, Bukhari akan menggelar kenduri di rumahnya, di Desa Cot Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar. Kenduri juga digelar untuk mengirimkan doa kepada almarhumah anaknya.