Setelah Sungai Batang Hari, Mafia PETI Kini akan Garap Batang Gadis

Tan Gozali

MADINA | Kecamatan Batang Natal telah menjadi korban pelaku tambang ilegal, Pemda diduga Mandul dan tak berdaya, kondisi tersebut berlangsung sangat lama sekali hingga kondisi yang sama kini telah terjadi di Kotanopan.

Terjadi penangkapan alat berat dan upaya penutupan kegiatannya tambang oleh pihak berwajib akhir akhir ini.

“Kita berharap aksi ini serius dan profesional,” ujar Tan Gozali saar ditemui di kediamannya baru baru ini.
Kotanopan ini merupakan kota pejuang dan kota literasi sejarah perjuangan Indonesia, jadi hendaklah pemda dituntut lebih serius dalam merawat dan menjaganya, sambung Tan Gozali.

Lelaki kelahiran Desa Roburan yang akrab dikenal masyarakat dengan julukan Presiden IPM ini mengungkapkan, Kotanopan sebagai kota pejuang kini telah berubah jadi kota yang disukai Eksavator dan toke toke.

Dapat dikatakan jika Kotanopan berada di ujung atau perbatasan Provinsi Sumatera Utara – Sumatera Barat, Kotanopan juga dikenal dengan pegunungan dan sumber daya alamnya yang melimpah, mulai dari karet, kopi, beras, dan aneka tambang liar.

Kota Pejuang

Sebagaimana fenomena yang muncul akhir akhir ini, Kotanopan kembali membuat kejutan lagi, bumi Kotanopan ternyata menyimpan logam mulia yang kemudian menjadi masalah baru bagi masyarakat yang bermukim di sana.

Menurut Tan Gozali, jati diri Kotanopan sebagai zona pahlawan dan zona literasi itupun kini mulai memudar, Kotanopan telah berubah jadi medan alat berat dan medan basah bagi pemeluk ambisius serakah dalam menguras kekayaan alam yang ada padanya.

Ada fakta yang terlupakan bahwa dahulu Kotanopan juga dikenal sebagai kota pejuang. Karena kota ini melahirkan banyak pejuang kemerdekaan walaupun nama tokoh pejuang tersebut tidak tercatat dalam buku-buku sejarah RI.

Kotanopan juga menjadi tempat kelahiran Jenderal Besar A.H. Nasution dan H. Adam Malik berasal.
Tidak hanya itu, Kotanopan juga menjadi sebuah stasiun mantan misi Mennoite Belanda di Sumatera.

Di kecamatan ini, terdapat beberapa bangunan bersejarah yang menarik untuk dibahas. Kita sebut saja Pasanggrahan Kotanopan salah satunya.

Di depan Tugu Perintis kemerdekaan, terdapat Wisma Pasanggrahan yang menjadi kediaman Controleur Mandailing Natal pada masa kolonial Belanda.

Di tempat ini juga Presiden Soekarrno mengadakan rapat akbar untuk mensosialisasikan kemerdekaan dan mengajak warga Sumatera untuk mempertahankan kemerdekaan pada tanggal 16 Juni 1945.

Pada bulan Juni 1948 pun Soekarno hadir kembali ke Kotanopan untuk menenangkan gejolak dan menyatukan rakyat di Sumatera yang ingin merdeka sendiri.

Dikatakan juga dahulu bahwa Wisma Pasanggarahan ini menjadi tempat rapat Belanda dengan Soekarno pada saat Soekarno berada di Sumatera.

Sampai saat ini, Pasanggrahan masih berdiri kokoh dan menjadi tempat penginapan para wisatawan dan tak menutup kemungkinan juga mereka ( cukong / toke) yang merupakan pemodal tambang liar saat berkunjung ke Kotanopan.

Bangunannya megah khas Belanda dengan taman yang luas membuat wisma ini terlihat ikonik bersama dengan Tugu Perintis, sebut Tan.

Reporter : A Lubis